Amerika Serikat tertinggal di belakang setiap negara maju lainnya dalam tingkat vaksinasi karena adanya kelompok antivaksin bahkan di “wilayah paling biru dari daerah paling biru di negara bagian paling biru di Amerika Serikat,” menurut sebuah artikel opini yang dirilis di The Guardian.
LONDON, Meski terdapat perbedaan mencolok dalam tingkat vaksinasi COVID-19 antara negara bagian merah (mayoritas pemilih Partai Republik) dan negara bagian biru (mayoritas pemilih Partai Demokrat) di Amerika Serikat (AS), secara keseluruhan Amerika Serikat mengikuti setiap negara maju lainnya dalam hal penyerapan vaksin karena rakyatnya dengan egois mengutamakan diri mereka sendiri, demikian dilansir The Guardian dalam sebuah artikel opini pada Minggu (28/11).
Hingga akhir Oktober, 25 dari setiap 100.000 penduduk daerah yang dimenangkan oleh Donald Trump dengan selisih lebar telah meninggal karena COVID-19, tiga kali lebih tinggi daripada tingkat kematian karena COVID-19 di daerah Biden, menurut artikel itu, mencatat bahwa setiap negara bagian biru memiliki tingkat vaksinasi yang lebih tinggi daripada hampir setiap negara bagian merah.
Kendati demikian, Amerika Serikat tertinggal di belakang setiap negara maju lainnya dalam tingkat vaksinasi karena adanya kelompok antivaksin bahkan di “wilayah paling biru dari daerah paling biru di negara bagian paling biru di AS.”
Di permukaan, keputusan warga di negara bagian biru ini untuk menghindari vaksin COVID-19 tampaknya didorong oleh ketidakpercayaan mereka akan perusahaan farmasi besar dan pemerintah AS, namun jauh di lubuk hati, sebuah sifat karakter dapat memberikan penjelasan yang lebih lengkap, seperti tertulis dalam artikel itu.
“Sifat ini ditemukan di antara kalangan pemilih Partai Demokrat dan independen di negara bagian biru AS serta pemilih Partai Republik di Trumpland. Bahkan, saya pikir itu hampir merupakan inti kepribadian Amerika sejak sebelum bangsa tersebut berdiri, (yaitu) individualisme keras kepala, egois, mengutamakan diri sendiri,” katanya.
“Mereka bukan terinfeksi oleh COVID-19, melainkan oleh narsisme yang menolak bahkan untuk mempertimbangkan risiko dan kerugian yang mereka bebankan kepada orang lain,” tambah artikel itu. [Xinhua]