HELSINKI – Wanita hamil kini dapat memilih untuk divaksinasi COVID-19 jika mereka menginginkannya, demikian menurut rekomendasi terbaru Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Finlandia (THL) pada Kamis (3/6).
Dalam sebuah rilis pers, THL mengatakan bahwa jika dosis vaksin COVID-19 pertama diberikan sebelum kehamilan, dosis kedua juga dapat diberikan saat hamil.
Selain itu, menunda perawatan kesuburan karena vaksinasi COVID-19 tidak diperlukan.
Kehamilan dapat meningkatkan risiko penyakit parah yang serius dan bahkan kematian akibat COVID-19. Untuk saat ini, penelitian terkait efek vaksinasi COVID-19 pada ibu hamil masih jarang. Kendati demikian, pengalaman, uji coba pada hewan, dan data penelitian awal belum menunjukkan penyebab apa pun untuk masalah keamanan. Beberapa wanita hamil di seluruh dunia telah divaksinasi, sebut THL.
Dalam rilis pers tersebut, Emma Kajander, spesialis medis THL, menganjurkan bahwa wanita hamil harus mempertimbangkan untuk divaksinasi terutama jika mereka memiliki penyakit bawaan yang meningkatkan risiko tertular virus.
“Vaksinasi juga harus dipertimbangkan dalam kasus di mana ibu hamil berisiko lebih tinggi terinfeksi virus corona (baru) di tempat kerja, misalnya,” tambah Kajander.
THL menyebutkan bahwa vaksin COVID-19 dapat diberikan bersama dengan vaksin lain. Interval pencegahan selama 7-14 hari antara vaksin COVID-19 dengan vaksin lainnya kini telah dihapus.
“Ratusan juta vaksin COVID-19 telah diberikan di seluruh dunia, dan banyak pengalaman dari penggunaannya telah dihimpun. Atas dasar ini, kami menyimpulkan bahwa interval pencegahan tidak lagi diperlukan,” jelas Kajander.
Menurut THL, hingga Kamis sore waktu setempat, Finlandia telah mengonfirmasi 92.913 kasus COVID-19, dengan 143 di antaranya merupakan kasus baru. Total kematian mencapai 959.
Tidak ada kematian terkait virus corona yang dilaporkan pada Rabu (2/6). Sampai saat ini, sebanyak 45,7 persen penduduk negara itu telah menerima dosis vaksin pertama, sementara 9,9 persen lainnya sudah menerima dosis kedua.
Agar dapat kembali ke kehidupan normal, negara-negara seperti Inggris, China, Rusia, Amerika Serikat dan Uni Eropa berpacu dengan waktu untuk mengembangkan vaksin virus corona. [Xinhua]