WASHINGTON – Johnson & Johnson pada Kamis (10/6) menyampaikan bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan (Food and Drug Administration/FDA) Amerika Serikat (AS) memperpanjang masa simpan atau shelf life vaksin COVID-19 dosis tunggal buatannya dari tiga bulan menjadi 4,5 bulan, setelah jutaan dosis yang telah didistribusikan di negara itu sebentar lagi kedaluwarsa pada bulan ini.
Keputusan tersebut didasarkan pada data studi penilaian stabilitas yang masih berlangsung, yang menunjukkan bahwa vaksin itu stabil selama 4,5 bulan jika disimpan pada suhu 36 hingga 46 derajat Fahrenheit, atau 2 hingga 8 derajat Celsius, papar produsen obat-obatan itu.
“Bukti dari studi ENSEMBLE Fase 3 kami menunjukkan efikasi vaksin COVID-19 dosis tunggal buatan kami, termasuk saat melawan berbagai varian virus yang sangat merata penyebarannya. Terlepas dari ras dan etnis, usia, lokasi geografis, dan komorbiditas, hasil studi ini tetap konsisten,” urai perusahaan dalam sebuah pernyataan.
Dari 21,4 juta dosis vaksin Johnson & Johnson yang didistribusikan di seluruh AS sampai dengan Rabu (9/6), hanya 11,2 juta dosis yang telah disuntikkan, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS. Ini berarti separuh dari dosis yang diproduksi untuk AS masih belum digunakan. [Xinhua]