WASHINGTON – Badan Pengawas Obat dan Makanan (Food and Drug Administration/FDA) Amerika Serikat (AS) pada Senin (12/7) menambahkan sebuah peringatan baru terkait vaksin COVID-19 Johnson & Johnson, dengan mengatakan bahwa vaksin tersebut telah dikaitkan dengan efek samping serius namun langka yang disebut sindrom Guillain-Barre.
Sindrom Guillain Barre adalah gangguan neurologis di mana sistem kekebalan tubuh merusak sel-sel saraf, mengakibatkan kelemahan otot, dan terkadang kelumpuhan, menurut FDA.
Sindrom itu terjadi pada beberapa orang yang telah menerima vaksin Johnson & Johnson. Pada sebagian besar orang-orang ini, gejala dimulai dalam 42 hari setelah suntikan vaksin tersebut, kata FDA dalam sebuah surat.
Kemungkinan efek samping ini terjadi sangat rendah, kata badan tersebut.
Sekitar 100 laporan awal tentang sindrom Guillain-Barre telah terdeteksi pada penerima vaksin setelah pemberian 12,8 juta dosis vaksin Johnson & Johnson di AS, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS dalam sebuah pernyataan seperti dikutip oleh The Washington Post.
Dari laporan ini, 95 di antaranya mengalami efek yang serius dan memerlukan rawat inap, sementara satu orang lainnya meninggal.
Sebagian besar kasus tersebut telah dilaporkan sekitar dua pekan setelah vaksinasi dan sebagian besar dialami pria, banyak yang berusia 50 tahun ke atas, menurut CDC.
Johnson & Johnson pada Senin mengatakan pihaknya telah berdiskusi dengan FDA dan regulator lainnya terkait kasus langka sindrom Guillain-Barre.
Peluang terjadinya sindrom ini sangat rendah, dan tingkat kasus yang dilaporkan sedikit melebihi tingkat latar belakang, kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan. [Xinhua]