MANILA – Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) bersifat “krusial dan tepat waktu” di tengah upaya bersama China dengan ASEAN untuk mengatasi sejumlah tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19 sekaligus membuka babak baru untuk hubungan perdagangan dan ekonomi regional, demikian dikatakan Duta Besar (Dubes) China untuk Filipina Huang Xilian di Manila pada Rabu (15/9).
Dalam sebuah forum daring (online) mengenai hubungan China-ASEAN, Huang mengatakan setelah RCEP diimplementasikan, China dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dapat lebih mengoptimalkan sumber daya dan keunggulan pasar mereka melalui integrasi yang mendalam dengan modal dan keunggulan teknologi dari para anggota RCEP lainnya dalam skala yang lebih besar dan pada tingkat yang lebih tinggi.
“Jadi, RCEP dapat mengarah ke prospek kerja sama ekonomi dan perdagangan kita yang lebih menjanjikan serta mendorong pemulihan ekonomi China dan ASEAN pasca-COVID-19,” kata Huang.
Dia mengatakan RCEP akan menambah “vitalitas baru untuk integrasi ekonomi Asia Timur” karena perjanjian tersebut mengintegrasikan dan mengoptimalkan aturan ekonomi dan perdagangan kawasan. “RCEP diharapkan menjadi platform utama untuk kerja sama ekonomi dan perdagangan di Asia Timur.”
Ditandatangani pada November tahun lalu, RCEP merupakan kesepakatan perdagangan berskala besar antara 10 negara anggota ASEAN, yaitu Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam, dengan sejumlah mitra kawasan perdagangan bebasnya, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.
Para anggota RCEP menyatakan tekad mereka untuk meratifikasi perjanjian tersebut sebelum akhir tahun ini dan mendorong pengimplementasiannya pada 1 Januari 2022. [Xinhua]