TOKYO – Menurut data dari pemerintah Jepang, total 84 pasien COVID-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah meninggal dalam kurun waktu enam bulan hingga Juni. Hal ini memicu kekhawatiran soal kemungkinan peningkatan angka kematian terkait COVID-19 di rumah di tengah tekanan yang dihadapi oleh sistem kesehatan negara tersebut, seperti diberitakan media setempat pada Senin (9/8).
Data itu menunjukkan bahwa hampir 50 persen dari pasien tersebut meninggal beberapa hari setelah melaporkan infeksi mereka ke kementerian kesehatan negara itu, yang mengindikasikan bahwa kondisi mereka tiba-tiba memburuk.
Jumlah pasien COVID-19 di Jepang yang menjalani isolasi mandiri melampaui 45.000 pada pekan lalu, naik sekitar 26.000 dari sepekan sebelumnya.
Laju peningkatan ini semakin cepat di tengah penyebaran varian Delta yang sangat menular.
Untuk mengatasi kekurangan tempat tidur di rumah sakit, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga sebelumnya pada bulan ini memutuskan bahwa hanya pasien kasus parah COVID-19 dan mereka yang berisiko mengalami gejala parah yang dapat dirawat di rumah sakit di area-area yang mencatatkan lonjakan kasus penularan COVID-19.
Dari 84 pasien tersebut, 36 di antaranya meninggal dalam kurun waktu satu hingga sembilan hari setelah lembaga kesehatan setempat melaporkan infeksi mereka ke Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan Jepang. Sebelas lainnya meninggal dalam kurun waktu 10 hingga 19 hari, empat pasien meninggal dalam 20 hari atau lebih, sembilan pasien meninggal saat waktu pelaporan, dan 24 sisanya belum diketahui. Lebih dari 80 persen pasien tersebut berusia 60 tahun ke atas.
Angka kasus baru harian COVID-19 di Jepang dilaporkan mencapai 12.073 pada Senin, naik 43,8 persen dari sepekan sebelumnya. Dari jumlah itu, Tokyo mengonfirmasi 2.884 kasus.
Rata-rata kasus penularan baru dalam tujuh hari di Tokyo melonjak menjadi 4.135,4 per hari, naik 28,7 persen dari pekan sebelumnya. [Xinhua]