LONDON- Sekitar separuh dari populasi orang dewasa di Inggris kemungkinan teruji positif memiliki antibodi virus corona pada akhir Maret lalu, menurut data terbaru dari Kantor Statistik Nasional (Office for National Statistics/ONS) Inggris pada Rabu (14/4).
Diperkirakan 54,9 persen warga di rumah tangga di Inggris memiliki antibodi COVID-19 dalam sepekan hingga 28 Maret, kata ONS.
Sementara itu, orang-orang dalam kelompok usia yang lebih tua menunjukkan sedikit penurunan pada kepositifan antibodi untuk pekan yang berakhir pada 28 Maret, lanjut kantor itu.
Menurut ONS, hal ini kemungkinan karena data belum menunjukkan dampak dari dosis kedua vaksinasi COVID-19.
Tubuh memerlukan waktu antara dua dan tiga pekan setelah penularan atau vaksinasi untuk menghasilkan antibodi yang cukup. Namun, penelitian belum menunjukkan bahwa memiliki antibodi yang dapat dideteksi berpengaruh pada kemungkinan tertular virus corona.
Survei ONS mencakup orang-orang berusia 16 tahun ke atas yang tinggal di rumah tangga dengan tempat tinggal pribadi, dan tidak termasuk penghuni rumah sakit dan panti jompo.
Mulai Senin (12/4), semua toko di Inggris kembali dibuka, termasuk salon rambut, salon kecantikan, serta layanan kontak dekat lainnya.
Restoran dan pub diizinkan untuk menyajikan makanan dan alkohol kepada pelanggan yang duduk di luar ruangan. Sementara itu, tempat kebugaran, spa, kebun binatang, taman hiburan, perpustakaan, dan pusat komunitas dapat kembali beroperasi.
Pada 17 Mei, restoran dan pub rencananya diizinkan untuk melanjutkan layanan di dalam ruangan dan sebagian besar aturan tentang perkumpulan di luar ruangan dicabut.
Lebih dari 32,2 juta orang telah menerima suntikan pertama vaksin virus corona, menurut angka resmi terbaru.
Para ahli memperingatkan bahwa meski ada kemajuan dalam peluncuran vaksin, Inggris “masih belum terlepas dari masalah” di tengah kekhawatiran atas varian baru dan gelombang ketiga pandemi di Benua Eropa.
Guna mengembalikan kehidupan normal, sejumlah negara seperti Inggris, China, Rusia, Amerika Serikat, serta Uni Eropa berpacu dengan waktu untuk meluncurkan vaksin virus corona. [Xinhua]