WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) mencatat lebih dari 10.000 kasus penularan varian virus corona di saat para ahli memperingatkan soal lonjakan COVID-19 berikutnya.
Dari total 10.985 kasus varian yang dilaporkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS hingga Minggu (28/3), 10.579 di antaranya disebabkan oleh varian yang dikenal sebagai B.1.1.7, yang pertama kali terdeteksi di Inggris.
Terdapat 288 kasus galur (strain) baru bernama B.1.351 yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan, dan 118 kasus galur P.1 yang pertama kali ditemukan di Brasil.
Selain itu, varian B.1.427 dan B.1.429, dua galur virus corona yang pertama kali terdeteksi di California, juga sedang dipantau ketat oleh CDC.
Kelima galur virus corona itu saat ini diklasifikasikan CDC sebagai “varian yang mengkhawatirkan”, karena bukti menunjukkan peningkatan dalam penularannya, meningkatnya kasus rawat inap atau kematian, penurunan yang signifikan dalam hal netralisasi oleh antibodi yang dihasilkan selama vaksinasi atau infeksi sebelumnya, berkurangnya efektivitas pengobatan atau vaksin, atau kegagalan pendeteksian diagnostik.
Sejumlah varian virus kemungkinan berkontribusi terhadap “peningkatan penyebaran” infeksi, ujar Stanley Perlman, profesor mikrobiologi dan imunologi dari Universitas Iowa, kepada Xinhua dalam sebuah wawancara.
“Jumlah kasus dapat meningkat lagi. Kita tetap harus mengenakan masker dan menerapkan jaga jarak sosial,” sebutnya.
Para ahli telah berulang kali menyatakan kekhawatiran bahwa negara itu akan kembali menghadapi lonjakan kasus COVID-19 jika warga AS tidak mematuhi langkah-langkah perlindungan seperti mengenakan masker, menghindari bepergian, dan melanjutkan penerapan jaga jarak sosial sampai lebih banyak warga divaksinasi.
Meski sempat melaporkan penurunan tambahan kasus, kematian, dan rawat inap akibat COVID-1 selama beberapa pekan, kini AS mencatat peningkatan jumlah kasus baru di 27 negara bagian.
Saat ini, rata-rata kasus baru COVID-19 dalam periode tujuh hari adalah sekitar 61.000 kasus per hari, meningkat 10 persen dibanding periode sebelumnya, papar CDC.
Sementara itu, rata-rata penambahan kasus rawat inap dalam periode tujuh hari saat ini mencapai sekitar 4.816 orang, naik 4,2 persen dibanding pekan sebelumnya, demikian ditunjukkan data CDC.
Direktur CDC Rochelle Walensky pada Senin (29/3) mengaku memiliki “firasat buruk” mengenai lonjakan kasus COVID-19 berikutnya mengingat kasus infeksi meningkat 10 persen.

Menurut Walensky, data CDC menunjukkan bahwa tambahan kasus dan rawat inap akibat COVID-19 meningkat, dan dia mengaitkannya dengan peningkatan perjalanan dalam beberapa pekan terakhir, pencabutan pembatasan, serta perilaku yang lebih santai.
“Saya akan melakukan refleksi terhadap firasat buruk yang terus mendatangi saya. Ada begitu banyak hal untuk dinantikan, begitu banyak janji dan potensi tentang posisi kita, dan begitu banyak alasan untuk berharap. Namun saat ini, saya khawatir,” kata Walensky dalam konferensi pers di Gedung Putih.
Sejumlah pejabat kesehatan masyarakat mengatakan langkah-langkah perlindungan seperti penggunaan masker, jaga jarak fisik, kebersihan tangan, dan vaksinasi yang segera dilakukan dapat membantu mencegah infeksi dan galur baru COVID-19. [Xinhua]