TEHERAN – Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mendesak perwakilan Eropa dalam perjanjian nuklir 2015 untuk mempertahankan sikap “konstruktif” saat pertemuan yang dijadwalkan pada 6 April mendatang di Wina.
Desakan tersebut disampaikan Zarif pada Sabtu (3/4) dalam percakapan telepon dengan Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, seperti dilansir situs resmi Kementerian Luar Negeri Iran pada Minggu (4/4).
Kedua diplomat membahas perkembangan terbaru terkait Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA) dalam percakapan telepon itu, yang dilakukan atas permintaan Raab, menurut laporan tersebut.
Zarif menegaskan kembali posisi Teheran bahwa Iran akan kembali melakukan kewajiban JCPOA setelah sanksi “ilegal dan tidak adil” yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS) “sepenuhnya dan secara definitif” dicabut dan diverifikasi oleh Iran.
Raab mengatakan, menurut sumber dari Iran, negaranya akan berupaya agar negosiasi tersebut membuahkan hasil.
Para pihak dalam kesepakatan nuklir Iran telah sepakat untuk menggelar pertemuan di Austria pada Selasa (6/4) guna membahas cara-cara untuk menghidupkan kembali kesepakatan JCPOA.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price pada Jumat (2/4) mengonfirmasi bahwa perwakilan Washington akan menghadiri pertemuan Wina, dan mengatakan AS tetap “terbuka untuk” pembicaraan langsung dengan Iran.
Iran sendiri telah mengesampingkan kemungkinan kontak “langsung atau tidak langsung” dengan perwakilan AS di Wina.
Kedua negara menghadapi jalan buntu untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir. Pemerintahan Joe Biden mengatakan jika Iran kembali patuh sepenuhnya pada JCPOA, Washington akan melakukan hal yang sama. Namun, Iran menegaskan kepatuhan penuhnya hanya akan terjadi setelah sanksi AS dicabut.
Kesepakatan itu dicapai pada 2015 antara Iran dengan AS, Inggris, Rusia, Prancis, China, Jerman, dan Uni Eropa.
Iran secara bertahap berhenti melakukan sebagian komitmen JCPOA mereka mulai Mei 2019, satu tahun setelah pemerintahan mantan presiden AS Donald Trump secara sepihak meninggalkan perjanjian itu dan kembali menerapkan sanksi terhadap Iran. [Xinhua]