TEHERAN – Iran telah menginformasikan Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) perihal rencana untuk melakukan pengayaan uranium dengan kemurnian 60 persen menyusul serangan terhadap fasilitas nuklir Natanz, lapor jaringan berita Iran Press TV pada Selasa (13/4), mengutip Wakil Menteri Luar Negeri Abbas Araqchi.
Iran akan segera mengganti mesin sentrifugal yang rusak akibat aksi sabotase baru-baru ini di Natanz, kata Araqchi sebagaimana dikutip dari pernyataannya.
Iran juga akan memasang tambahan 1.000 mesin sentrifugal berkapasitas pengayaan 50 persen lebih tinggi di fasilitas nuklir tersebut, lanjut Araqchi, yang mengetuai tim negosiasi Iran dalam perundingan dengan perwakilan dari Inggris, China, Prancis, Rusia, dan Jerman di Wina.
Sementara itu, juru bicara Organisasi Tenaga Atom Iran (Atomic Energy Organization of Iran/AEOI) Behrouz Kamalvandi mengatakan bahwa persiapan untuk produksi pengayaan uranium 60 persen akan dimulai pada Selasa malam di fasilitas pengayaan Natanz, lapor kantor berita semiresmi FARS.
Uranium dengan kemurnian 60 persen tersebut akan digunakan dalam produksi radiofarmasi, tutur Kamalvandi kepada FARS.
Berdasarkan kesepakatan nuklir 2015, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA), Iran diizinkan melakukan pengayaan uranium dengan kemurnian maksimum 3,67 persen dan persediaannya tidak boleh lebih dari 300 kilogram.
Meski demikian, dalam menanggapi penarikan diri Amerika Serikat (AS) dari kesepakatan nuklir dan penjatuhan sanksi, Iran pada 4 Januari tahun ini mulai melakukan pengayaan uranium dengan kemurnian hingga 20 persen dan AEOI mengumumkan pada 3 April bahwa persediaannya telah mencapai 50 kilogram.
Menurut Rencana Aksi Strategis untuk Melawan Sanksi yang disusun parlemen Iran, negara tersebut akan memproduksi 120 kilogram uranium dengan kemurnian 20 persen dalam waktu setahun.
Fasilitas pengayaan uranium Natanz di Iran pada Minggu (11/4) mengalami sebuah insiden, yang oleh otoritas Iran disebut-sebut sebagai tindakan sabotase yang didalangi Israel.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Teheran. (XHTV)