BEIJING, Para ahli geologi China mengungkap kapan dan bagaimana Lembah Tibet Tengah naik dari lembah rendah menjadi ke ketinggiannya saat ini, memberikan petunjuk baru soal pembentukan dataran yang dijuluki atap dunia tersebut.
Studi yang diterbitkan pada Kamis (10/2) di jurnal Science Advances tersebut menunjukkan bahwa Lembah Tibet Tengah berada pada ketinggian yang relatif rendah 1.700 meter antara 50 dan 38 juta tahun yang lalu, menopang ekosistem subtropis “Shangri-La” yang beragam.
Lembah tersebut naik dengan cepat menjadi bagian dari apa yang kini dikenal sebagai Dataran Tinggi Qinghai-Tibet, pada ketinggian lebih dari 4.000 meter antara 38 dan 29 juta tahun silam, menurut penelitian itu.
Para ilmuwan China dan Inggris yang dipimpin oleh Ding Lin dari Institut Penelitian Dataran Tinggi Tibet di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China mengumpulkan sampel dalam jumlah besar dari Cekungan Lunpola yang berada di tengah Lembah tersebut untuk penanggalan radiometrik dan analisis isotop berkelompok.
Mereka menemukan sembilan lapisan batu putih (tuff) vulkanik di lokasi itu, dan menetapkan kerangka usia absolut di seluruh sedimen purba di cekungan tersebut, sehingga para peneliti dapat menemukan titik yang tepat dari transisi geologis.
Studi menunjukkan bahwa, seiring dengan elevasi dan mendinginnya iklim global, suhu dan curah hujan di dataran tinggi tengah itu menurun secara signifikan.
Setelah itu, perubahan iklim mengubah tempat itu dari semula area dengan ekosistem subtropis hangat-lembap, dataran rendah yang berfungsi sebagai inkubator untuk keanekaragaman hayati Asia yang sangat kaya saat ini, menjadi ekosistem alpine yang tinggi, dingin dan kering, menurut penelitian tersebut.
Lebih lanjut, tim Ding mengusulkan model baru formasi Dataran Tinggi Qinghai-Tibet, yaitu mantel Lhasa yang tersubduksi mengalami penurunan dan/atau terkikis secara termal, memungkinkan naiknya astenosfer, lapisan semi cair bumi yang tipis.
Proses ini melunakkan kerak yang ada di atas dan mendorong pergerakan ke arah utara menuju India, yang pada akhirnya memicu munculnya beberapa pegunungan tinggi termasuk Himalaya, demikian menurut penelitian tersebut. [Xinhua]