URUMQI – Ketika musim panen kapas dimulai pada Oktober, ladang kapas yang luas di Daerah Otonom Uighur Xinjiang, China barat laut, diisi oleh mesin-mesin pemetik kapas yang menderu alih-alih para petani kapas.
Berkat penggunaan mesin itu, Dilshat Memet, seorang petani kapas di wilayah Yuli, Prefektur Otonom Etnis Mongol Bayingolin, menyelesaikan proses pemetikan kapas hanya dalam waktu satu hari. Di masa lalu, dirinya dapat menghabiskan sepanjang musim panen untuk memetik kapas.
“Mesin pemetik kapas dengan efisiensi tinggi itu dapat menangani beban kerja ratusan orang. Selama beberapa generasi, keluarga saya biasanya memanen kapas dengan tangan dan peralatan tradisional,” kata Dilshat Memet. Tidak seperti ayahnya, Dilshat Memet mulai menggunakan mesin pemetik kapas beberapa tahun lalu.
Kenyamanan operasi mekanis yang luar biasa membuat dia dan rekan-rekannya mendirikan sebuah perusahaan pertanian, memperkenalkan berbagai tipe mesin pertanian seperti pemetik kapas dan drone penyemprot, serta menyediakan berbagai layanan bagi petani yang membutuhkan.
“Bagi para petani kapas, perkembangan mekanisasi yang pesat ini sangat membantu mengurangi biaya. Semakin banyak petani yang terbebas dari satu ladang untuk menghasilkan lebih banyak uang di ladang lainnya,” ujar pria berusia 32 tahun itu.
Xinjiang merupakan daerah penghasil kapas terbesar di China. Produksi kapas di daerah tersebut mencapai 5,16 juta ton pada 2020, menyumbang 87,3 persen dari total produksi kapas negara itu, kata Biro Statistik Nasional China.
Oleh karena itu, kawasan tersebut dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong para petani kapas untuk menerapkan penggunaan mesin pertanian modern guna menggenjot perkembangan industri kapas. Sementara itu, pendapatan para petani setempat turut meningkat seiring peningkatan produktivitas.
Selain industri kapas, mesin dan teknologi pertanian modern juga diterapkan pada beberapa bidang lainnya seperti tanaman pangan dan perkebunan buah-buahan.
Sebelumnya, pohon pir di Xinjiang selatan diserbuki oleh lebah atau dengan tenaga manusia. Namun baru-baru ini, para petani pir menggunakan drone untuk menyerbuki pohon-pohon pir mereka.
“Setidaknya diperlukan dua pekerja untuk proses penyerbukan secara manual untuk setiap mu (0,07 hektare) pohon pir.
Namun, satu drone dapat menyerbuki 2,6 hektare pohon pir dalam waktu satu jam, dan hasil panen buah pir dapat meningkat sedikitnya 500 kg per mu,” ujar Peng Wenjun, seorang ahli dari Akademi Ilmu Pertanian China. [Xinhua]