BEIJING, Studi telah membuktikan bahwa manusia memutar bola matanya saat tidur, sebuah aktivitas yang pernah dihipotesiskan oleh para ilmuwan dapat membantu manusia tetap waspada terhadap serangan predator. Para ahli saraf China baru-baru ini menemukan bukti untuk mendukung klaim tersebut.
Studi yang diterbitkan pada Sabtu (22/1) di jurnal Neuron tersebut mengungkapkan bahwa sebuah sirkuit yang sama yang mengatur rasa takut bawaan dan tidur Rapid Eye Movement (REM), suatu fase ketika bola mata bergerak cepat ke segala arah, dapat membuat seseorang terbangun secara singkat dan berkala.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Wang Liping dari Institut Teknologi Lanjutan Shenzhen di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China menemukan bahwa suatu wilayah otak mampu mendorong pelepasan hormon juga mengatur fase tidur REM.
Dalam percobaan tersebut, beberapa ekor tikus tidur di ruang tertutup yang diberi stimulus bau yang mengindikasikan adanya predator.
Bau tersebut memicu rangsangan cepat dari tidur REM tetapi tidak dari tidur non-REM. Hal ini menunjukkan bahwa tidur REM terhubung dengan mekanisme yang memungkinkan hentakan cepat untuk bangun dalam merespons potensi bahaya.
Kemudian, para peneliti memeriksa nukleus subtalamik medial (medial subthalamic nucleus), wilayah otak yang mengandung neuron dengan kepadatan tinggi yang melepaskan zat kimia yang disebut corticotropin.
Zat kimia tersebut dapat mengaktifkan kelenjar adrenal untuk melepaskan adrenalin ke aliran darah, yang kemudian mempercepat detak jantung dan meningkatkan tekanan darah, membuat hewan siap untuk berlari.
Neuron-neuron tersebut juga dapat menurunkan ambang batas rangsangan selama tidur REM dan meningkatkan respons defensif setelah bangun, menurut penelitian itu.
Temuan ini menjadi contoh bagaimana evolusi dapat mengarah ke dua fungsi yang berbeda namun terkait dengan satu perangkat alat yang sama di otak, kata tim peneliti tersebut.
“Seleksi alam lebih cenderung mengoptimalkan sirkuit saraf yang ada untuk efisiensi dalam transduksi sinyal dan penggunaan energi dibandingkan solusi yang lebih mahal secara metabolik,” kata Wang, penulis koresponden makalah tersebut.
Studi tersebut didukung oleh adanya peningkatan tidur REM dan gangguan suasana hati (mood) yang berkaitan dengan stres yang ditemukan dalam studi-studi klinis.
Hal ini dengan demikian membuka kemungkinan untuk pengobatan gangguan mental dengan menargetkan sirkuit yang sama yang mengatur tidur dan rasa takut, kata tim peneliti tersebut. Selesai