Kawanan antelop Tibet terlihat di Hoh Xil, sebuah cagar alam di Provinsi Qinghai, China barat laut, pada 28 Juli 2023. (Xinhua/Han Fangfang)
LANZHOU, 6 September (Xinhua) — Sebuah penelitian baru mengungkapkan bahwa pemanasan abnormal di Samudra Hindia tropis mungkin menjadi faktor kunci dari tren pembasahan (wetting) di China barat laut belakangan ini, ungkap Universitas Lanzhou.
Upaya menyelidiki dan memahami variabilitas curah hujan alami jangka panjang di China barat laut memberikan pengetahuan tentang tren pembasahan belakangan ini di wilayah yang dilanda kekeringan tersebut, kata Li Guoqiang, seorang profesor di Fakultas Ilmu Bumi dan Lingkungan di Universitas Lanzhou.
Dengan iklim yang sangat kering, China barat laut mengalami tren peningkatan curah hujan terus-menerus selama beberapa dekade terakhir, sehingga meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir di kawasan tersebut. Penelusuran kunci dari tren pembasahan ini penting.
Para peneliti dari Universitas Lanzhou dan Universitas Nanjing bersama-sama melakukan penelitian dengan memeriksa efek umpan balik laut pada respons variasi curah hujan di China barat laut hingga periode pertengahan Holosen dan pemaksaan iklim belakangan ini berdasarkan simulasi sensitivitas iklim.
Mereka menggunakan model sirkulasi umum atmosfer-lautan yang digabungkan sepenuhnya dan model sirkulasi umum atmosfer tunggal dalam penelitian ini, dan mengeksplorasi mekanisme variasi curah hujan pada beberapa skala waktu di kawasan tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemanasan Samudra Hindia tropis memainkan peran penting pada periode pertengahan Holosen dan variasi curah hujan belakangan ini di China barat laut.
Hasil penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Quaternary Science Reviews. [Xinhua]