LANZHOU – Sejak sistem yang dikembangkan China untuk memprediksi penyebaran COVID-19 secara global diluncurkan secara daring (online) pada Mei 2020 lalu, sistem tersebut telah memprediksi jumlah kasus infeksi harian di lebih dari 100 negara di seluruh dunia, dengan mempertimbangkan dampak kondisi iklim dan lingkungan, kepadatan penduduk, serta langkah-langkah pengendalian pemerintah.
Sistem Prediksi COVID-19 Global dibuat oleh pusat inovasi kolaboratif keamanan ekologi barat yang dipimpin oleh Universitas Lanzhou di Provinsi Gansu, China barat laut.
Sejak merebaknya pandemi COVID-19, para peneliti dari pusat tersebut telah bekerja selama tiga bulan untuk mengembangkan sistem itu berdasarkan model prediksi epidemi regional yang sudah ada, ujar Huang Jianping, direktur pusat tersebut.
Dengan membuat model prediksi berdasarkan data otoritatif, para peneliti akan membantu mengeksplorasi mekanisme evolusi epidemi dan berkontribusi pada pembentukan serta peningkatan model epidemiologinya.
Angka infeksi dan kematian yang mereka gunakan untuk membangun sistem tersebut diperoleh dari Universitas Johns Hopkins di Amerika Serikat (AS). Sementara data cuaca, termasuk suhu dan kelembapan, berasal dari Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa dan badan antariksa AS, NASA.
HUANG JIANPING, Direktur Pusat Inovasi Kolaboratif Keamanan Ekologi Barat, China:
“Meski pasti memiliki batasan tertentu, sistem prediksi ini efektif dalam menilai jumlah kasus terkonfirmasi epidemi, rentang waktunya, hasil langkah-langkah pengendalian pemerintah, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dengan prediksi semacam ini, kami tetap dapat membantu pemerintah mengambil langkah-langkah yang efektif.”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Lanzhou, China. (XHTV)