Foto yang diabadikan dengan ponsel pada 14 Juni 2022 ini menunjukkan tim penyelamat tengah mengevakuasi orang-orang yang terjebak banjir di Kota Ruijin, Provinsi Jiangxi, China timur. (Xinhua)
NANCHANG, 16 Juni (Xinhua) — Di Distrik Ganxian, Provinsi Jiangxi, China timur, pemerintah setempat telah mengerahkan satuan tugas khusus, yaitu armada pesawat nirawak (drone), untuk bergabung dalam operasi bantuan banjir.
Setelah menemukan lokasi tanah longsor dan jalan terblokir, armada droneitu mengirimkan informasi kembali ke pusat kendali. Berdasarkan informasi tersebut, staf di Kota Wangmudu menemukan beberapa rumah di Desa Taojiang terendam banjir dan segera mengungsikan lebih dari 200 warga setempat.
Dua belas armada dronetersebut telah dikirim untuk menemukan potensi risiko dan mengumpulkan informasi tentang kondisi hujan dan bencana yang diakibatkan oleh hujan untuk memberikan referensi bagi pengambilan keputusan pengendalian banjir, kata Zhong Yicheng, seorang pejabat di biro manajemen kedaruratan distrik itu.
Mampu melakukan patroli yang jauh lebih efisien, armada tersebut sejauh ini telah memeriksa 53 waduk, 43 pembangkit listrik tenaga air, dan 60 kolam pegunungan utama, imbuhnya.
Serangkaian aplikasi teknologi baru membantu Jiangxi dalam pengendalian banjir setelah hujan berkepanjangan mengguyur berbagai bagian provinsi itu selama beberapa pekan.
Lebih dari 1,1 juta penduduk di Jiangxi terdampak hujan lebat dan banjir akibat hujan dari 28 Mei hingga 10 Juni, urai kantor pusat pengendalian banjir dan bantuan kekeringan provinsi itu.
Cuaca ekstrem telah mengakibatkan kerugian ekonomi langsung sebesar 2,65 miliar yuan (1 yuan = Rp2.196) atau sekitar 400 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp14.741) setelah menghancurkan lahan pertanian dan sejumlah rumah.
“Mohon perhatiannya, ketinggian air naik di titik pemantauan No. 3.” Setelah menerima pesan peringatan di teleponnya, Ouyang Xin, seorang staf di Waduk Changgang di Kota Ganzhou, Jiangxi, mengenakan jas hujan dan bergegas ke lokasi.
“Sistem pemantauan banjir mampu memberi kami informasi tentang tingkat banjir secara waktu nyata (real time) serta kondisi aliran air dan hujan, sehingga membantu kami menilai situasi dengan lebih akurat,” kata Ouyang.
Pesan peringatan itu merupakan satu di antara sejumlah teknologi pemantauan dan peringatan yang digunakan di garis depan pengendalian banjir. Di wilayah Nanfeng, Jiangxi, perangkat pemantau lingkungan berdiri layaknya seorang penjaga di daerah dengan potensi bencana geologi.
Peralatan tersebut dapat memantau tekanan dan perubahan terhadap bentuk tanah. Begitu mendeteksi adanya bahaya, peralatan itu memperingatkan penduduk sekitar melalui pengeras suara, kata Xie Chenguang, seorang pejabat di biro sumber daya alam wilayah itu.
Di wilayah Lichuan, Kota Fuzhou, beberapa peralatan berteknologi tinggi termasuk robot pencarian dan penyelamatan bawah air, pompa submersibleberdaya tinggi, dan dinding penyumbat air yang dapat dilipat disiagakan, yang dapat memberikan jaminan lebih kuat dalam pengendalian banjir dan operasi penyelamatan, kata Ou Yinggen, kepala biro manajemen kedaruratan wilayah itu.
Pusat Meteorologi Nasional China pada Kamis (16/6) memperbarui peringatan biru untuk badai hujan di berbagai wilayah di negara itu. Sejak Kamis sore waktu setempat hingga Jumat (17/6) sore, hujan lebat diperkirakan akan melanda sejumlah daerah termasuk Jiangxi.
China memiliki sistem peringatan cuaca empat tingkat berkode warna, dengan merah mewakili peringatan paling parah, diikuti oleh oranye, kuning, dan biru. [Xinhua]