BEIJING – Hingga akhir April, sejumlah operator telekomunikasi utama China memiliki 310 juta terminal telepon seluler (ponsel) yang terkoneksi dengan jaringan 5G mereka, demikian disampaikan oleh Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi (Ministry of Industry and Information Technology/MIIT) China pada Selasa (25/5).
Angka itu menyumbang sekitar 19 persen dari total pengguna ponsel yang menggunakan layanan tiga operator telekomunikasi dasar, yakni China Telecom, China Mobile, dan China Unicom.
China, yang merupakan rumah bagi jaringan seluler 5G terbesar di dunia, mencatatkan semakin banyak penerapan inovatif dari teknologi komunikasi baru itu dalam sektor yang berkembang pesat dan menguntungkan.
Hingga saat ini, terdapat lebih dari 9.000 kasus baru penerapan 5G di China, seperti peluncuran lokasi konstruksi cerdas dengan efisiensi manajemen yang lebih tinggi dan risiko keamanan yang lebih rendah, menurut kementerian itu.
MIIT memprediksi bahwa pada 2025, jaringan 5G akan secara langsung menghasilkan nilai tambah ekonomi sebesar 2,93 triliun yuan (1 yuan = Rp2.233).
Tahun lalu, jaringan 5G secara langsung menghasilkan nilai output ekonomi bruto sebesar 810,9 miliar yuan, menurut sebuah buku putih tentang perkembangan 5G serta dampak ekonomi dan sosialnya. Buku putih tersebut dirilis oleh Akademi Teknologi Informasi dan Komunikasi China pada April.
Industri tersebut secara langsung menghasilkan nilai tambah ekonomi sebesar 189,7 miliar yuan dan secara tidak langsung meraup output kotor sekitar 2,1 triliun yuan pada 2020, papar buku putih itu.
MIIT memperkirakan bahwa pengiriman ponsel 5G di China akan menyumbang 80 persen dari total pengiriman yang tercatat pada paruh kedua tahun ini. [Xinhua]