BEIJING – Para peneliti China menemukan bahwa gas rumah kaca dan aerosol antropogenik menyebabkan penurunan curah hujan di Asia Tengah bagian utara.
Asia Tengah, salah satu kawasan lahan kering terbesar di belahan Bumi utara, ditandai dengan curah hujan yang langka dan penguapan yang tinggi.
Penurunan curah hujan di musim panas sejak 1950-an itu telah mengakibatkan kekeringan parah dan degradasi vegetasi di Asia Tengah bagian utara, menurut para peneliti dari Institut Fisika Atmosfir, Akademi Ilmu Pengetahuan China.
Dengan mengevaluasi faktor alam seperti aktivitas matahari dan aerosol vulkanik maupun faktor eksternal seperti gas rumah kaca dan aerosol antropogenik, para peneliti menunjukkan bukti bahwa tren pengeringan itu didominasi oleh perubahan antropogenik dari sirkulasi atmosferik yang ditunjukkan dalam pergeseran ke selatan dan melemahnya jet atau aliran udara barat subtropis.
Aliran udara tersebut merupakan salah satu sistem sirkulasi penting di Eurasia dan terkait erat dengan curah hujan musim panas di Asia Tengah bagian utara pada skala waktu yang berbeda.
Perubahan yang teramati pada aliran udara barat subtropis ini disebabkan oleh kontribusi gabungan dari gas rumah kaca dan aerosol antropogenik, papar artikel penelitian terbaru di jurnal Geophysical Research Letters.
Peningkatan emisi gas rumah kaca mendukung pergeseran ekuatorial aliran udara barat subtropis itu, sementara peningkatan polusi di Asia dan pengurangan emisi aerosol di Eropa melemahkan aliran udara barat subtropis, ungkap artikel tersebut.
Kedua faktor ini memperkuat gerakan penurunan dan membuat curah hujan di Asia Tengah bagian utara berkurang. [Xinhua]