BRUSSEL, 7 April (Xinhua) — Badan Obat-obatan Eropa (European Medicines Agency/EMA) pada Rabu (7/4) mengonfirmasi kemungkinan adanya hubungan antara vaksin COVID-19 AstraZeneca dan terjadinya pembekuan darah, yang disebut masih harus dicatat sebagai efek samping yang sangat langka.
Dalam penilaian terbarunya, sejumlah pakar dari EMA mengatakan kepada media bahwa laporan kombinasi pembekuan darah dan trombosit darah rendah sangat jarang ditemukan, dan manfaat keseluruhan dari vaksin tersebut dalam mencegah COVID-19 lebih besar dibandingkan risiko efek sampingnya.
Dalam pernyataannya, badan pengawas obat itu mengatakan bahwa tidak ada faktor risiko yang spesifik, termasuk usia, meskipun sebagian besar kasus yang dilaporkan terjadi pada wanita berusia di bawah 60 tahun dalam kurun waktu dua pekan pascavaksinasi.
Temuan itu dirilis setelah badan pengawas tersebut menilai lebih dari 80 kasus orang yang mengalami pembekuan pada pembuluh darah dan arteri setelah menerima suntikan vaksin itu. Sebanyak 18 di antaranya terbukti bersifat fatal.
Lembaga itu juga mengingatkan tenaga profesional di bidang perawatan kesehatan dan orang-orang yang menerima suntikan vaksin tersebut untuk tetap waspada terhadap kemungkinan munculnya efek samping tersebut dalam periode dua pekan pascavaksinasi.
“COVID-19 merupakan penyakit yang sangat serius dengan tingkat kasus rawat inap dan kematian yang tinggi, dan setiap harinya COVID-19 masih mengakibatkan ribuan kematian di seluruh Uni Eropa. Vaksin ini telah terbukti sangat efektif, mampu mencegah penyakit parah dan kasus rawat inap, serta menyelamatkan nyawa,” kata Ketua EMA Emer Cooke dalam konferensi pers.
Ketua Komite Keamanan EMA Sabine Straus mengatakan penyelidikan itu tidak dapat menentukan penyebab pembekuan darah, dan penyelidikan lebih lanjut yang melibatkan produsen vaksin AstraZeneca telah dimulai.
Tinjauan ilmiah itu dirilis usai beberapa negara Eropa menghentikan atau menangguhkan distribusi vaksin tersebut akibat risiko yang dilaporkan. [Xinhua]