CHICAGO – United Airlines (UAL) pada Senin (19/4) mengumumkan bahwa pihaknya mengalami kerugian bersih sebesar 1,4 miliar dolar Amerika Serikat (AS) (1 dolar AS = Rp14.568) pada kuartal pertama (Q1) 2021.
Total pendapatan operasional maskapai AS itu pada Q1 mencapai 3,2 miliar dolar AS, anjlok 66 persen secara tahunan (year on year/yoy), sementara biaya operasional turun 49 persen, likuiditas yang tersedia di akhir Q1 tercatat 21 miliar dolar AS, dan kapasitas pada Q1 turun 54 persen (yoy).
Berdasarkan tren saat ini, perusahaan itu memprediksi total pendapatan Q2 per mil kursi yang tersedia akan turun sekitar 20 persen (yoy), kapasitas turun sekitar 45 persen, biaya operasional yang tidak termasuk biaya khusus turun sekitar 32 persen, dan harga bahan bakar Q2 per galon menjadi sekitar 1,83 dolar AS.
UAL memperkirakan pendapatan yang disesuaikan pada Q2 sebelum margin bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (earnings before interest, taxes, depreciation and amortization/EBITDA) sekitar 20 persen.
“Tim United kini telah satu tahun menghadapi krisis paling mengganggu yang pernah dihadapi industri kami, dan berkat keahlian serta dedikasi mereka kepada pelanggan kami, kami siap keluar dari pandemi ini dengan masa depan yang lebih cerah dari sebelumnya,” kata CEO United Airlines Scott Kirby.
“Kami mengalihkan fokus kami ke pencapaian berikutnya yang sudah terlihat dan sekarang melihat jalan yang jelas menuju profitabilitas. Kami didukung oleh bukti kuat permintaan yang tertahan (pent-up demand) untuk perjalanan udara dan kemampuan berkelanjutan kami untuk memenuhinya dengan cekatan, yang menjadi alasan mengapa kami sangat yakin bahwa kami akan mencapai target melampaui margin EBITDA yang disesuaikan 2019 pada 2023, atau lebih cepat.” [Xinhua]