Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) akan membuka berbagai peluang guna mengkatalisasi perluasan perdagangan dan investasi regional yang sangat dibutuhkan untuk pemulihan ekonomi di tengah COVID-19, kata Sekretaris Jenderal ASEAN Dato Lim Jock Hoi.
JAKARTA, Berlakunya perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) akan membuka berbagai peluang guna mengkatalisasi perluasan perdagangan dan investasi regional yang sangat dibutuhkan untuk pemulihan ekonomi di tengah COVID-19, demikian disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) Dato Lim Jock Hoi.
Pada November lalu, Sekretariat ASEAN mengumumkan bahwa perjanjian RCEP akan mulai berlaku pada 1 Januari 2022 karena telah menerima instrumen ratifikasi dari enam negara ASEAN, yaitu Brunei, Kamboja, Laos, Singapura, Thailand, dan Vietnam, serta dari empat negara penanda tangan non-ASEAN yakni Australia, China, Jepang, dan Selandia Baru.
Dalam wawancara tertulis dengan Xinhua belum lama ini, Lim mengatakan RCEP menunjukkan komitmen bersama ASEAN, China, dan pihak-pihak lain terhadap sistem perdagangan multilateral. Ditandatangani pada November 2020, saat ini RCEP merupakan perjanjian perdagangan bebas terbesar di dunia, menghubungkan ASEAN dan perekonomian-perekonomian global utama termasuk China, Korea Selatan, Jepang, Australia, dan Selandia Baru.
Lim menyebut bahwa RCEP memperkuat integrasi ekonomi regional dengan memperluas ketentuan asal barang (rules of origin) akumulatif umum, prosedur bea cukai yang disederhanakan, fasilitasi perdagangan, serta aturan perdagangan koheren yang memberikan transparansi, keadilan, dan prediktabilitas yang lebih besar untuk kalangan usaha.
“Semua ini akan menghasilkan pengurangan biaya perdagangan dan waktu pemrosesan yang signifikan bagi kalangan usaha ASEAN, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah,” yang akan memiliki peluang lebih besar untuk berintegrasi ke dalam rantai pasokan regional dan global, katanya.
Lim menekankan bahwa setelah implementasi perjanjian RCEP, masing-masing pihak akan harus menyesuaikan kerangka regulasinya, dan komunitas bisnis perlu dilengkapi dengan kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan tentang cara memanfaatkan peluang guna meningkatkan daya saing mereka.
Pada 2021, China dan ASEAN sepakat meningkatkan hubungan bilateral mereka menjadi kemitraan strategis komprehensif, yang menurut Lim tidak hanya menandai tonggak penting dalam hubungan ASEAN-China, tetapi juga diharapkan dapat membentuk lanskap dan momentum baru untuk kerja sama ekonomi dalam hubungan bilateral antara ASEAN dan China di tahun-tahun mendatang.
Dengan prospek lanskap baru, Lim berharap ASEAN dan China akan bekerja sama lebih erat lagi untuk menyuntikkan ketahanan dalam hubungan ekonomi dan perdagangan mereka.
Lim menambahkan bahwa kedua belah pihak harus merevitalisasi hubungan ekonomi ASEAN-China yang baru dengan memanfaatkan potensi kemajuan teknologi sebagai pendorong baru untuk pertumbuhan dan bergabung dalam upaya koordinasi guna mengatasi tantangan bersama seperti perubahan iklim. [Xinhua]