DUBLIN – Maskapai berbiaya murah terbesar di Eropa, Ryanair, pada Senin (17/5) melaporkan kerugian bersih sebesar 815 juta euro (1 euro = Rp17.351) untuk tahun fiskal 2021 yang berakhir pada 31 Maret tahun ini.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis di situs webnya, maskapai tersebut mengaitkan kerugian itu terutama akibat penurunan drastis dalam jumlah penumpang yang ditangani pada tahun tersebut akibat larangan penerbangan dan pembatasan perjalanan yang diberlakukan oleh banyak pemerintah Eropa saat pandemi COVID-19.
Dalam 12 bulan hingga 31 Maret 2021, maskapai itu menangani total 27,5 juta penumpang, turun 81 persen jika dibandingkan dengan 148,6 juta penumpang yang diangkutnya pada tahun fiskal sebelumnya, papar pernyataan tersebut, seraya menambahkan bahwa pendapatan Ryanair untuk tahun fiskal 2021 juga turun 81 persen menjadi 1,64 miliar euro dari 8,49 miliar euro pada tahun fiskal sebelumnya.
Dalam pernyataannya, Ryanair memperkirakan bahwa jumlah penumpang yang akan ditangani pada tahun fiskal 2022 kemungkinan akan memasuki batas terendah dari kisaran yang diproyeksikan sebelumnya, yaitu 80 juta hingga 120 juta.
“Kami juga yakin bahwa kemungkinan hasil untuk tahun fiskal 2022 kini mendekati titik impas, dengan asumsi bahwa peluncuran vaksin yang sukses musim panas ini memungkinkan pelonggaran pembatasan perjalanan pemerintah Eropa pada lalu lintas intra-Eropa secara tepat waktu bertepatan dengan periode puncak perjalanan Juli, Agustus, dan September,” sebut pernyataan itu.
Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa pada Desember 2020 Ryanair Group meningkatkan pesanan pasti untuk pesawat Boeing 737-8200 dari 135 menjadi 210 unit, dan pesawat pertama dari pesanan ini diperkirakan akan dikirim pada akhir Mei dengan lebih dari 60 di antaranya kemungkinan akan diterima sebelum puncak musim panas tahun depan.
Pesawat-pesawat baru ini memiliki kursi 4 persen lebih banyak, konsumsi bahan bakar 16 persen lebih sedikit dan emisi kebisingan 40 persen lebih rendah serta akan memungkinkan Ryanair Group untuk meningkatkan lalu lintas tahunan menjadi 200 juta penumpang selama lima tahun ke depan, imbuh pernyataan itu.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Dublin. (XHTV)