SHANGHAI – Jika uang dalam jumlah besar yang dihasilkan oleh negara-negara paling maju merupakan kekuatan pendorong inflasi global, maka produk-produk dari China berfungsi sebagai “jangkar” untuk menstabilkan kenaikan harga, menurut seorang pejabat senior perbankan.
Terlepas dari pandemi COVID-19, China berhasil menyediakan sekitar separuh dari produk jadi bagi dunia untuk periode yang cukup lama tanpa kenaikan biaya free on board (FOB) ekspor secara umum.
Sebagai informasi, FOB adalah sistem pembelian barang yang semua biaya pengiriman (ocean freight), asuransi dan harga dibayarkan setelah kapal sampai (di pelabuhan bongkar). Hal itu meletakkan dasar yang kuat untuk pencegahan virus global dan pemulihan ekonomi, tutur Guo Shuqing, Ketua Komisi Regulasi Perbankan dan Asuransi China, melalui tautan video di Forum Lujiazui ke-13 di Shanghai.
Tidak seperti beberapa negara maju, China menghindari penggunaan “banjir” kebijakan stimulus ketika memperkuat penyesuaian kebijakan ekonomi makro, catat Guo.
China meluncurkan sejumlah kebijakan moneter dan fiskal yang ditargetkan untuk mengatasi kejatuhan ekonomi akibat pandemi, termasuk mengurangi pajak dan biaya, menurunkan suku bunga pinjaman, dan menerbitkan obligasi perbendaharaan khusus (special treasury bond).
Tahun lalu, lembaga-lembaga keuangan China menyelamatkan ekonomi riil 1,5 triliun yuan (1 yuan = Rp2.229), sementara pengurangan pajak dan biaya untuk perusahaan dan penduduk mencapai lebih dari 2,5 triliun yuan.
Lembaga-lembaga perbankan China mengeluarkan pinjaman baru senilai 19,6 triliun yuan pada 2020, naik 12,8 persen secara tahunan.
“Lebih penting lagi, kebijakan tanggap COVID-19 kami telah menunjukkan hasil yang cukup baik,” papar Guo.
Guna menghadapi guncangan wabah COVID-19, beberapa negara maju meluncurkan kebijakan stimulus drastis dengan ekspansi fiskal yang cepat dan pelonggaran likuiditas yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kebijakan ini dapat membantu menstabilkan pasar dalam jangka pendek, tetapi efek sampingnya, yang meliputi melonjaknya aset keuangan dan harga properti, menimpa semua negara, kata Guo.
Dalam sambutannya, Guo juga menyerukan upaya berkelanjutan dalam mencegah risiko keuangan China.
Berbagai upaya harus difokuskan pada penanganan aset bermasalah, pengaturan shadow banking, dan menangkis risiko investasi derivatif keuangan. [Xinhua]