MADRID – Spanyol harus memproduksi energinya sendiri demi menghindari dampak kenaikan harga bahan bakar fosil, dan itu berarti semakin bergeser menuju produksi sumber energi terbarukan, menurut seorang pakar.
Tarif listrik telah melonjak dari sekitar 40 euro (1 euro = Rp16.454) per megawatt pada awal tahun ini menjadi 207 euro per megawatt jam (MWh), rekor tertinggi dalam sejarah, pada awal pekan ini. Hal itu terutama disebabkan oleh kenaikan harga gas dan pasar karbon.
JOSE MARIA GONZALEZ, Direktur Pelaksana Asosiasi Energi Terbarukan Spanyol : “Kami melihat volatilitas pasar dan harga tinggi yang dilaporkan, terutama untuk gas. Masalah yang kami miliki adalah ketergantungan kami terhadap impor energi.”
Salah satu permasalahan besar Spanyol adalah negara tersebut tidak memproduksi baik gas maupun minyak, dan hampir sepenuhnya bergantung pada impor bahan bakar fosil untuk menghasilkan sebagian besar listrik di negara Eropa tersebut.
JOSE MARIA GONZALEZ, Direktur Pelaksana Asosiasi Energi Terbarukan Spanyol : “Dalam kasus Spanyol, kami memiliki (tenaga) surya, angin, dan air. Kami memiliki material dalam energi terbarukan namun tidak untuk bahan bakar fosil.”
Meski pemerintah Spanyol telah berupaya untuk memitigasi kenaikan tarif energi lewat pemangkasan pajak, ini hanyalah solusi jangka pendek. Namun, kuncinya adalah merumuskan rencana jangka panjang berdasarkan energi terbarukan, yang akan memungkinkan Spanyol mandiri dalam hal produksi energi, kata pakar tersebut.
JOSE MARIA GONZALEZ, Direktur Pelaksana Asosiasi Energi Terbarukan Spanyol : “Kuncinya akan terletak pada peningkatan investasi dalam bidang energi terbarukan, yang berarti tidak bergantung pada gas dan juga memikirkan masa depan. Kami harus menyempurnakan penerapan energi terbarukan, seperti dari tenaga surya dan angin, bersama dengan energi terbarukan lainnya yang akan memberikan soliditas bagi pasar, misalnya tumbuhan biomassa.”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Madrid. (XHTV)