Foto dari udara yang diabadikan pada 11 Juli 2021 ini menunjukkan taman lahan basah Sungai Nakao di Nanning, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan. (Xinhua/Cao Yiming)
BEIJING, 15 Juni (Xinhua) — China mengalami peningkatan signifikan dalam kualitas dan stabilitas ekosistemnya sejak 2012 di tengah upaya negara tersebut dalam meningkatkan tata kelola lingkungan, demikian disampaikan Menteri Ekologi dan Lingkungan China Huang Runqiu.
Huang, yang juga menjabat sebagai wakil ketua eksekutif China di Dewan China untuk Kerja Sama Internasional Lingkungan dan Pembangunan, menyampaikan pernyataan itu pada upacara pembukaan rapat umum tahunan 2022 dewan tersebut.
Pada 2021, rata-rata densitas PM2.5 di China, indikator utama polusi udara, turun menjadi 30 mikrogram per meter kubik di kota-kota setingkat dan di atas level prefektur, dengan densitas baik PM2.5 maupun ozon turun selama dua tahun berturut-turut, ujar Huang.
Kualitas air di aliran utama Sungai Yangtze juga mencapai Kelas II atau lebih baik (Kelas I sampai III mengacu pada kualitas yang baik) selama dua tahun berturut-turut. Sementara itu, tidak ada air Kelas V (kualitas rendah) yang terdeteksi di sungai-sungai yang memasuki Laut Bohai pada periode yang sama, tambahnya.
China dengan teguh akan mengikuti jalur pembangunan berkualitas tinggi yang mengutamakan pembangunan ekologi, ramah lingkungan, dan rendah karbon, tutur Huang, menambahkan bahwa negara itu akan mengoordinasikan pengendalian polusi, perlindungan ekologis, dan respons perubahan iklim.
Dia mengatakan bahwa China akan mengimplementasikan sebuah rencana 10 tahun untuk proyek-proyek konservasi keanekaragaman hayati utama, dan memainkan peran penting dalam tata kelola lingkungan global.
Didirikan pada 1992 sebagai sebuah badan penasihat internasional tingkat tinggi, dewan tersebut telah menyaksikan dan ambil bagian dalam perubahan filosofi dan model pembangunan China. Dewan itu juga membangun jembatan antara China dan masyarakat internasional terkait lingkungan dan pembangunan. [Xinhua]