Membentang seluas 256.142 hektare di pulau terbesar kedua Kalimantan, ibu kota baru Indonesia, Nusantara, menjadi destinasi baru bagi pemerintah daerah untuk menarik modal dan investasi baru guna menggenjot perekonomian.
JAKARTA, Pemerintah Indonesia sedang membidik investor untuk mendanai megaproyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, dengan luas lahan 256.142 hektare di pulau terbesar kedua Kalimantan, yang berbatasan dengan Brunei dan Malaysia.
Pengembangan tahap pertama dari proyek ini akan dikerjakan hingga 2024, kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan, menambahkan bahwa proyek tersebut dijadwalkan akan rampung sepenuhnya pada peringatan 100 tahun kemerdekaan Indonesia pada 2045 mendatang.
Indonesia sedang menjajaki berbagai sumber dana untuk membiayai megaproyek itu, antara lain menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), menawarkan investasi kepada para mitra di luar negeri, dan memobilisasi masyarakat untuk urun dana (crowdfunding).
Para investor dari berbagai negara ditawari untuk membangun pusat bisnis, sedangkan kantor-kantor pemerintah akan dibangun menggunakan dana APBN, kata Luhut.
Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, proyek ini membutuhkan dana sedikitnya Rp501,56 triliun (sekitar 35 miliar dolar AS).
“Kami terbuka bagi siapa saja yang ingin datang (untuk berinvestasi),” kata Luhut pada Rabu (30/3).
Para investor dari Uni Emirat Arab siap menginvestasikan modal mereka melalui sovereign wealth fund(SWF), kata sang menteri.
“Abu Dhabi telah mengonfirmasi bahwa mereka akan menginvestasikan 20 miliar dolar AS,” katanya. “Kita lihat nanti berapa nilai investasi akhirnya.”
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menyatakan minatnya untuk berinvestasi di IKN ketika Luhut mengunjungi Riyadh pada awal Maret, dan investor Timur Tengah ini juga tertarik untuk menginvestasikan dananya dalam pasokan minyak mentah, bakau, dan terumbu karang di Indonesia.
Pertemuan lanjutan diharapkan segera digelar untuk melihat potensi dan teknis masing-masing proyek, tambah Luhut.
Sebelumnya, Softbank menyatakan niatnya untuk mendanai proyek di IKN, tetapi investor Jepang tersebut membatalkannya.
“Softbank mengundurkan diri sejak sahamnya turun,” kata Luhut.
Komitmen lain datang dari Asian Development Bank (ADB). Lembaga yang berbasis di Manila tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya akan membantu Indonesia merancang ibu kota barunya sebagai kota yang inklusif dan netral karbon, menilai potensi dampak lingkungan dan sosialnya, serta mengumpulkan dana dari pemerintah dan sumber-sumber swasta.
Peluang pendanaan bisa datang dari mana saja, termasuk dari masyarakat Indonesia yang antusias dengan crowdfundinguntuk membangun fasilitas umum atau sosial, kata Kepala Badan Otorita IKN Nusantara Bambang Susantono.
Bambang mencontohkan bagaimana kelompok diaspora Indonesia mengusulkan pembangunan Rumah Diaspora di ibu kota baru tersebut.
“Karena pembangunan rumah itu tidak akan dibiayai oleh negara, maka mereka berinisiatif melakukan crowdfundinguntuk membangun Rumah Diaspora tersebut,” ujarnya. [Xinhua]