ROMA – Harga pangan dunia melonjak pada Mei, naik ke rekor 12 bulan berturut-turut yang disebabkan masalah rantai pasokan yang dipicu pandemi virus corona. Harga komoditas ini terdorong hampir 40 persen di atas level tahun sebelumnya, menurut data yang dirilis oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Kamis (3/6).
Kenaikan tajam 4,8 persen secara bulanan mendorong keseluruhan Indeks Harga Pangan FAO menjadi 127,1 poin pada Mei, atau 39,7 persen di atas level tahun lalu. Semua komponen utama indeks tersebut melonjak, dengan harga biji-bijian, sereal, minyak sayur dan gula melebihi level April, dengan sedikitnya 6 persen.
Harga biji-bijian dan sereal, dua komponen terbesar, naik 6,0 persen pada Mei, didorong oleh kenaikan harga jagung, jelai (barley) dan sorgum. Namun harga gandum turun pada paruh kedua bulan ini setelah sempat melonjak selama dua pekan pertama, sementara harga beras tetap stabil. Pada 2020, indeks keseluruhan untuk biji-bijian dan sereal naik hampir 90 persen, sebut FAO.
Harga minyak sayur naik 7,8 persen pada Mei, didorong kenaikan harga minyak sawit, kedelai dan rapeseed, yang melonjak akibat penurunan produksi di Asia. Harga gula terpantau naik 6,8 persen menyusul spekulasi tentang produksi yang rendah di Brasil.
Dua komponen utama lainnya mengalami kenaikan yang lebih tipis, dengan harga susu naik 1,5 persen dari indeks April karena permintaan yang menguat dari China membatalkan kenaikan pasokan dari Selandia Baru. Sementara itu, harga daging naik 2,2 persen karena peningkatan permintaan yang stabil di negara-negara Asia Timur, terutama China.
Indeks Harga Pangan FAO bulanan didasarkan pada harga di seluruh dunia untuk 23 kategori komoditas pangan yang meliputi harga untuk 73 produk berbeda dibandingkan dengan tahun dasar (baseline year). Indeks berikutnya dijadwalkan dirilis pada 8 Juli mendatang. [Xinhua]