Dow Jones Industrial Average anjlok 1.164,52 poin, atau 3,57 persen, menjadi 31.490,07. Angka tersebut menandai penurunan persentase harian terburuk sejak Juni 2020. S&P 500 turun 165,17 poin, atau 4,04 persen, menjadi 3.923,68, juga mencatatkan penurunan harian terburuk sejak Juni 2020.
NEW YORK CITY, Saham-saham Amerika Serikat (AS) anjlok pada Rabu (18/5) seiring pendapatan lemah dari sejumlah peretail besar memicu kekhawatiran terkait dampak inflasi.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 1.164,52 poin, atau 3,57 persen, menjadi 31.490,07. Angka tersebut menandai penurunan persentase harian terburuk sejak Juni 2020, menurut Dow Jones Market Data. S&P 500 turun 165,17 poin, atau 4,04 persen, menjadi 3.923,68, juga mencatatkan penurunan harian terburuk sejak Juni 2020. Nasdaq Composite Index terpangkas 566,37 poin, atau 4,73 persen, menjadi 11.418,15.
Seluruh 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan barang konsumen nonprimer (consumer discretionary)dan barang konsumen primer (consumer staples) masing-masing turun 6,6 persen dan 6,38 persen, memimpin penurunan.
Saham Target anjlok hampir 25 persen setelah peretail AS tersebut melaporkan pendapatan kuartalan yang jauh dari ekspektasi Wall Street seiring peningkatan biaya di berbagai bidang seperti pengiriman dan inventaris melonjak.
Penyusutan tersebut menyusul laporan laba Walmart yang lebih rendah dari perkiraan pada Selasa (17/5), yang juga menyebut lantaran inflasi. Saham Walmart merosot 6,8 persen pada Rabu, usai penurunan 11 persen di sesi sebelumnya.
Kegagalan para peretail besar membukukan pendapatan sesuai ekspektasi memunculkan kembali kekhawatiran investor bahwa inflasi yang tinggi dapat semakin menggerogoti laba perusahaan.
Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell pada Selasa menekankan tekad bank sentral AS itu untuk mengendalikan inflasi tertinggi dalam beberapa dekade tersebut.
Saat berbicara di sebuah acara The Wall Street Journal, Powell mengatakan The Fed akan terus menaikkan tingkat suku bunga sampai ada “bukti yang jelas dan meyakinkan” bahwa inflasi telah mereda.
Sebelumnya pada bulan ini, The Fed mengumumkan kenaikan setengah poin dalam suku bunga acuannya, kenaikan suku bunga paling tajam sejak 2000, dan mengisyaratkan bahwa kenaikan dengan besaran serupa kemungkinan masih akan dipertimbangkan dalam beberapa pertemuan berikutnya.
Para investor khawatir bahwa The Fed dapat menyebabkan resesi jika menaikkan tingkat suku bunga terlalu tinggi atau terlalu cepat.
“Sentimen dan kepercayaan investor masih goyah, dan akibatnya, kita kemungkinan akan melihat pasar yang bergejolak dan tak stabil sampai kita mendapatkan kejelasan lebih lanjut perihal tiga R, rate(suku bunga), recession(resesi), dan risk(risiko),” kata para analis di UBS dalam catatan pada Rabu. [Xinhua]