BANGKOK – Hubungan China-ASEAN akan membuka babak baru kemakmuran bersama jika kedua pihak terus meningkatkan kerja sama di berbagai bidang yang luas, kata Yang Baoyun, seorang profesor dengan spesialisasi kajian ASEAN di Universitas Thammasat Thailand.
Tahun ini menandai peringatan 30 tahun terjalinnya hubungan dialog antara China dan ASEAN. Tiga puluh tahun berlangsung, hubungan bilateral terus menunjukkan kemajuan yang baik atas dasar sikap saling menghormati, saling percaya, dan saling menguntungkan, dengan kerja sama bilateral yang kian mendalam dan ruang lingkup yang semakin luas, kata Yang dalam wawancara baru-baru ini dengan Xinhua.
Yang memuji kemajuan kerja sama bermanfaat yang telah dicapai China dan ASEAN di sejumlah sektor seperti keamanan politik, ekonomi dan perdagangan, serta pertukaran sumber daya manusia (SDM) dan budaya. Menyebut kerja sama antipandemi kedua belah pihak sebagai “sebuah paradigma”, Yang mengatakan China dan ASEAN saling mendukung di masa sulit dan berjuang melawan pandemi COVID-19 dalam upaya bersama.
Negara-negara ASEAN menyumbangkan pasokan medis untuk mendukung China dalam puncak perjuangannya melawan COVID-19. Sementara itu, China membalas budi dengan menawarkan pasokan medis, mengirimkan tim medis, berbagi pengalaman pencegahan dan pengobatan, serta menyumbangkan atau menyediakan vaksin untuk membantu perjuangan negara-negara anggota ASEAN melawan pandemi.
Di tengah menurunnya perdagangan di seluruh dunia akibat pandemi, China dan ASEAN berhasil melawan tren penurunan dengan mencatatkan pertumbuhan perdagangan 7 persen secara tahunan pada 2020. ASEAN untuk pertama kalinya menjadi mitra dagang terbesar China pada tahun lalu dan mempertahankan status tersebut pada tahun ini, kata Yang.
Kendati dibebani sejumlah ketidakpastian, hubungan China-ASEAN tetap stabil. “Mereka (China dan ASEAN) pasti akan membuka babak baru kemakmuran bersama jika kedua belah pihak terus meningkatkan kerja sama di berbagai bidang yang luas, dengan kerja sama di bidang keamanan politik sebagai fondasi, kerja sama ekonomi sebagai pendorong, sementara pertukaran SDM dan budaya sebagai jembatan,” ujar Yang. [Xinhua]