WARTABUANA – Perekonomian Korea Selatan (Korsel) masih dihadapkan pada permintaan domestik yang lemah sebagai akibat dari pandemi COVID-19 yang berkepanjangan, ungkap sebuah laporan pemerintah pada Jumat (19/3).
Kementerian Ekonomi dan Keuangan Korsel menyampaikan di dalam laporan ekonomi bulanannya, yang disebut sebagai Buku Hijau, bahwa perekonomian negara itu belakangan ini mencatatkan kenaikan ekspor dan investasi serta penurunan yang lebih lambat dalam jumlah lapangan kerja.
Namun demikian, pihak kementerian menyebutkan bahwa penyebaran COVID-19 terus memperburuk permintaan domestik.
Data konsumsi yang relevan menunjukkan tanda-tanda positif. Namun, pandemi terus memukul keras industri jasa, khususnya penginapan dan restoran, serta segmen olahraga, hiburan, dan seni, papar kementerian itu.
Pembelanjaan dengan kartu kredit meningkat 8,6 persen pada Februari dibandingkan setahun sebelumnya, menandai pertumbuhan pertama dalam kurun waktu tiga bulan.
Pendapatan department store melonjak 39,5 persen pada bulan lalu, dan penjualan oleh gerai-gerai diskon naik 24,2 persen.
Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh libur Tahun Baru Imlek yang jatuh pada Februari tahun ini.
Pendapatan penjual retail online naik 9,5 persen pada Februari, tetapi turun dibandingkan Januari, yang mencatatkan kenaikan 18,1 persen.
Ekspor, yang menyumbang sekitar separuh dari perekonomian Korsel, naik 9,5 persen pada Februari dibandingkan setahun sebelumnya.
Jumlah lapangan kerja turun 473.000 pada Februari dibandingkan setahun sebelumnya, setelah anjlok 982.000 pada Januari. Angka ini mencatatkan tren penurunan selama 12 bulan berturut-turut. [Xinhua]