WASHINGTON – Munculnya nasionalisme vaksin di tengah krisis COVID-19 menimbulkan kekecewaan, kata Aaditya Mattoo, Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik.Mattoo juga mendesak para pembuat kebijakan untuk meningkatkan keterbukaan perdagangan guna mengendalikan penyebaran virus dan mendukung pemulihan ekonomi.
AADITYA MATTOO, Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik: “Saya seorang ekonom perdagangan, dan sepanjang hidup saya, saya meyakini bahwa produksi harus dilakukan di tempat yang paling efisien dan kemudian didistribusikan ke tempat yang paling membutuhkan.
Namun, krisis ini membuat saya kecewa, karena alih-alih negara mengupayakan strategi kerja sama yang optimal secara global, yang terjadi justru apa yang kita sebut sebagai nasionalisme vaksin. Sekarang, apa yang tadinya merupakan saran bagus tentang dunia di mana semua orang saling berbagi belum tentu demikian bagi orang-orang yang lebih egois.
Jadi saya terpaksa mengatakan bahwa, mungkin tidak secara nasional, tetapi setidaknya secara regional, perlu ada persediaan yang bisa diandalkan, sehingga Anda tidak terjebak dalam situasi di mana negara-negara lain tidak berbagi vaksin.”Pertumbuhan China selalu menjadi kabar baik bagi kawasan dan dunia, karena itu hal yang sangat penting. Tiga hal yang menurut kami penting untuk kinerja ekonomi saat ini, semuanya adalah alasan bagus mengapa perekonomian China tumbuh.
Pertama adalah efisiensi dalam mengatasi kejutan yang timbul akibat penyakit dan efisiensi dalam mengatasi penyakit itu sendiri. China telah melakukannya dengan sangat baik. Pemulihan berkelanjutan di luar negeri telah menghasilkan permintaan global, dan China berada di posisi yang baik untuk memanfaatkan hal itu melalui ekspor. Dan akhirnya kapasitas pemerintah untuk memberikan dukungan, baik melalui kebijakan fiskal atau fiskal moneter, sudah cukup mampu mengendalikan, dan moneter tetap longgar.”
“Jadi saya rasa salah satu kesedihan terbesar dalam hidup saya adalah kita belum melihat lebih banyak kerja sama. Namun, negara seperti China, menurut saya, dapat benar-benar memimpin dalam hal berupaya menghidupkan kembali lembaga-lembaga multilateral seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), selain juga mengambil inisiatif seperti yang sudah dilakukannya untuk memulihkan kembali kerja sama multilateral.”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Washington. (XHTV)