WARTABUANA – Thailand pada Jumat (19/3) mengumumkan akan memangkas masa karantina wajib bagi orang-orang yang memasuki negara itu dari dua pekan menjadi 10 hari dalam upaya terbaru untuk mendukung sektor pariwisata yang lesu dan pemulihan ekonomi.
Pelonggaran tersebut, yang akan mulai diterapkan pada 1 April, tidak akan berlaku bagi pengunjung yang datang dari negara-negara yang melaporkan kasus varian baru COVID-19, menurut Pusat Administrasi Situasi COVID-19 (Center for the COVID-19 Situation Administration/CCSA).
Sebuah pertemuan CCSA yang dipimpin oleh Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha pada Jumat juga menyepakati bahwa mulai Oktober mendatang, pengunjung dari negara-negara yang tidak melaporkan adanya varian baru COVID-19 mungkin tidak perlu menjalani karantina.
Negara itu juga mempertimbangkan untuk memangkas masa karantina menjadi tujuh hari bagi wisatawan yang telah divaksinasi mulai bulan depan, menurut CCSA.
Pada Jumat, Thailand memperpanjang status keadaan darurat secara nasional untuk ke-11 kalinya hingga akhir Mei karena “kerja sama dan integrasi antarlembaga” masih diperlukan guna mencegah penyebaran COVID-19 di negara tersebut, papar CCSA.
Masa karantina yang lebih singkat diperkirakan dapat membantu menarik lebih banyak wisatawan asing ke Thailand, yang sektor pariwisatanya menyumbang lebih dari 15 persen perekonomian. Sektor itu dipandang sebagai kunci pemulihan ekonomi Thailand.
Thailand menyambut sekitar 40 juta pengunjung asing pada 2019, namun anjlok menjadi hanya 6,7 juta pada tahun lalu. Perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara itu mengalami kontraksi 6,1 persen secara tahunan pada tahun lalu, penurunan paling tajam sejak 1998.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Bangkok. (XHTV)