WASHINGTON – Defisit anggaran Amerika Serikat (AS) melonjak menjadi 2,1 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp14.240) dalam delapan bulan pertama tahun fiskal 2021, yang berakhir pada 30 September mendatang, menurut laporan Departemen Keuangan AS pada Kamis (10/6).
Pendapatan federal AS untuk periode delapan bulan yang berakhir pada Mei itu naik menjadi 2,6 triliun dolar AS, sementara total pengeluaran naik menjadi 4,7 triliun dolar AS, didorong oleh pembayaran tunjangan pengangguran dan program bantuan COVID-19, menurut departemen tersebut.
“Meski pembayaran akhir pajak individu untuk tahun kalender 2020 digeser ke Mei 2021, pengeluaran yang lebih besar terkait respons pandemi masih mengakibatkan defisit tahun ini,” kata departemen itu.
Gedung Putih bulan lalu meluncurkan proposal anggaran senilai 6 triliun dolar AS untuk tahun fiskal 2022, yang menuai kecaman dari anggota parlemen Republik dan pengamat anggaran.
Maya MacGuineas, Presiden Komite untuk Anggaran Federal yang Bertanggung Jawab (Committee for a Responsible Federal Budget), mendesak Washington untuk meninjau kembali prospek fiskalnya yang tidak berkelanjutan dan mengakhiri pinjaman pemerintah lebih lanjut.
“Kita meminjam lebih banyak tahun ini dibandingkan tahun lalu, dan dengan defisit hampir 2,1 triliun dollar AS sepanjang tahun ini, beban utang kita dengan cepat mendekati rekor baru. Setelah kita melewati krisis COVID-19 ini, nantinya para pembuat kebijakan harus bekerja sama untuk mengendalikan utang negara yang terus menumpuk dan mengamankan dana perwalian (trust fund) kita yang sudah kritis,” kata MacGuineas dalam pernyataannya.
“Ini waktunya mengakhiri pinjaman pemerintah lebih lanjut. Ke depannya, legislasi harus dibayar penuh dan instruksi rekonsiliasi harus netral anggaran, jika tidak mengurangi defisit,” kata MacGuineas. [Xinhua]