Pemulihan ekonomi global akan melambat signifikan di tengah berlanjutnya gejolak COVID-19, berkurangnya dukungan kebijakan, dan kemacetan rantai pasokan yang berkepanjangan.
Setelah mencatatkan reboundke sekitar 5,5 persen pada 2021, pertumbuhan global diperkirakan akan melambat signifikan menjadi 4,1 persen pada 2022.
WASHINGTON, Ekonomi global berada di jalur untuk tumbuh hingga 4,1 persen pada 2022, turun 0,2 poin persentase dari proyeksi sebelumnya, demikian disampaikan Grup Bank Dunia dalam Prospek Ekonomi Global terbaru yang dirilis pada Selasa (11/1).
“Pemulihan ekonomi global akan melambat secara signifikan di tengah berlanjutnya gejolak COVID-19, berkurangnya dukungan kebijakan, dan kemacetan rantai pasokan yang berkepanjangan,” catat laporan setengah tahunan itu.
Prospek global “dibayangi oleh berbagai risiko penurunan,” termasuk wabah COVID-19 yang kembali muncul akibat varian virus baru, kemungkinan ekspektasi inflasi yang tidak terkendali, dan tekanan keuangan dalam konteks tingkat utang yang mencapai rekor tertinggi, menurut laporan itu.
Setelah mencatatkan reboundke sekitar 5,5 persen pada 2021, pertumbuhan global diperkirakan akan melambat signifikan menjadi 4,1 persen pada 2022, papar laporan tersebut. Proyeksi terbaru untuk 2021 dan 2022 masing-masing 0,2 poin persentase lebih rendah dari perkiraan yang dirilis pada Juni lalu.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa pandemi COVID-19 meningkatkan ketimpangan pendapatan global, menghapus sebagian penurunan ketimpangan global yang dicapai selama dua dekade sebelumnya.
Pada 2023, outputtahunan diperkirakan akan tetap di bawah tren prapandemi di semua wilayah pasar berkembang dan perekonomian berkembang (emerging market and developing economies/EMDE). Kondisi yang berbeda terjadi di negara maju, kesenjangan diproyeksikan akan tertutup.
Bukti awal menunjukkan bahwa pandemi juga menyebabkan ketidaksetaraan pendapatan domestik di negara-negara EMDE akan meningkat tipis terutama karena hilangnya pekerjaan dan pendapatan yang parah di kalangan kelompok populasi berpenghasilan rendah, menurut laporan itu.
“Ekonomi dunia secara bersamaan menghadapi COVID-19, inflasi, dan ketidakpastian kebijakan, dengan kebijakan moneter dan pengeluaran pemerintah di area yang belum dipetakan,” kata Presiden Grup Bank Dunia David Malpass.
Menuturkan bahwa meningkatnya ketidaksetaraan dan tantangan keamanan “sangat berbahaya” bagi negara-negara berkembang, Malpass mengatakan menempatkan lebih banyak negara pada jalur pertumbuhan yang menguntungkan memerlukan tindakan internasional terpadu dan serangkaian respons kebijakan nasional yang komprehensif. [Xinhua]