China, sebagai mitra dagang utama, memainkan peran “pendorong” dalam industrialisasi berkelanjutan Afrika dan integrasi benua tersebut ke dalam rantai nilai global, demikian disampaikan Claudio Rabenja, seorang ekonom Madagaskar, dalam sebuah wawancara belum lama ini dengan Xinhua.
ANTANANARIVO, 16 Juni (Xinhua) — China, sebagai mitra dagang utama, memainkan peran “pendorong” dalam industrialisasi berkelanjutan Afrika dan integrasi benua tersebut ke dalam rantai nilai global, demikian disampaikan Claudio Rabenja, seorang ekonom Madagaskar, dalam sebuah wawancara belum lama ini dengan Xinhua.
“Sebagai importir barang dan jasa terbesar kedua di dunia, China menempati posisi strategis dalam ekonomi global,” kata Rabenja, menambahkan bahwa status ini menjadikan China mitra dagang yang esensial baik untuk Madagaskar maupun Afrika secara keseluruhan.
Menurut data statistik resmi, pada 2024, perdagangan bilateral antara China dan Afrika mencapai 295,6 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.293), naik 4,8 persen secara tahunan (year on year/yoy). China telah menjadi mitra dagang terbesar Afrika selama 16 tahun berturut-turut hingga akhir 2024.
Berkat dukungan China terhadap infrastruktur perdagangan Afrika, seperti kawasan industri, koridor ekonomi, dan platform logistik, ekonomi-ekonomi Afrika dapat “berintegrasi lebih baik ke dalam produksi global dengan mengolah bahan baku mereka secara lokal, yang merupakan langkah penting menuju industrialisasi berkelanjutan,” kata ekonom tersebut.
Selain itu, hal ini “sangat selaras” dengan tujuan integrasi regional Afrika, termasuk Kawasan Perdagangan Bebas Benua Afrika (African Continental Free Trade Area/AfCFTA), lanjutnya.

Rabenja menekankan bahwa perdagangan dan investasi China-Afrika berada dalam kerangka kerja sama Selatan-Selatan, “yang didasarkan pada pertukaran yang adil antara negara-negara berkembang, berbeda dengan hubungan asimetris yang diwarisi dari masa kolonial.”
Mengutip Pameran Ekonomi dan Perdagangan China-Afrika yang sedang berlangsung di Changsha, ibu kota Provinsi Hunan, China tengah, Rabenja mengatakan bahwa hal ini akan memungkinkan perusahaan dari Madagaskar dan negara-negara Afrika lainnya untuk mengakses pasar baru, membentuk kemitraan industri, dan mengintegrasikan rantai produksi bernilai tambah.
Dalam konteks global yang ditandai oleh ketegangan geopolitik, gangguan logistik, dan kebangkitan proteksionisme, langkah-langkah yang diambil China untuk mendukung negara-negara paling kurang berkembang menawarkan respons konkret terhadap tantangan perdagangan internasional saat ini, katanya.
“Langkah-langkah ini secara signifikan mengurangi hambatan perdagangan dan meningkatkan akses produk Afrika ke pasar China. Hal ini meningkatkan daya saing mereka, memperkuat surplus produsen, dan memperbaiki kondisi perdagangan,” tambah Rabenja. Selesai