BEIJING – Komisi Kesehatan Nasional (National Health Commission/NHC) China memperbarui aturannya tentang diagnosis kasus COVID-19, menyatakan bahwa diagnosis berdasarkan keberadaan antibodi hanya berlaku bagi mereka yang belum divaksinasi.
Perubahan tersebut diumumkan pada Kamis (15/4) sebagai bagian dari diagnosis dan rencana perawatan terbaru dari NHC untuk COVID-19.
Versi kedelapan dari rencana itu mengidentifikasi tes asam nukleat positif sebagai kriteria utama untuk diagnosis, yang mengharuskan diagnosis dilakukan berdasarkan analisis komprehensif dari riwayat epidemiologi, manifestasi klinis, dan hasil uji laboratorium.
Pada dasarnya, bagi mereka yang telah divaksinasi dan sudah pernah terinfeksi virus sebelumnya, antibodi sebaiknya tidak digunakan sebagai dasar diagnosis, menurut rencana yang diperbarui tersebut.
Menyoroti pentingnya vaksinasi untuk pencegahan COVID-19, rencana itu menekankan bahwa vaksinasi adalah langkah efektif untuk mencegah infeksi dan mengurangi tingkat morbiditas dan penyakit parah, mengimbau orang-orang yang memenuhi syarat untuk menerima vaksin.
Lebih dari 179,21 juta dosis vaksin COVID-19 telah diberikan di seluruh China hingga Rabu (14/4), menurut data yang dirilis oleh NHC. [Xinhua]