[wonderplugin_video iframe=”https://www.youtube.com/watch?v=NfdzMU8zPo0″ lightbox=0 lightboxsize=1 lightboxwidth=960 lightboxheight=540 autoopen=0 autoopendelay=0 autoclose=0 lightboxtitle=”” lightboxgroup=”” lightboxshownavigation=0 showimage=”” lightboxoptions=”” videowidth=600 videoheight=400 keepaspectratio=1 autoplay=0 loop=0 videocss=”position:relative;display:block;background-color:#000;overflow:hidden;max-width:100%;margin:0 auto;” playbutton=”https://www.wartabuana.com/wp-content/plugins/wonderplugin-video-embed/engine/playvideo-64-64-0.png”]SHANGHAI – Gambar baru dari sebuah lubang hitam telah dirilis, yang membuka pemahaman baru terkait detailnya. Dua tahun lalu, para astronom mengungkap gambar pertama dari lubang hitam itu.
Gambar tersebut menunjukkan struktur seperti cincin berbentuk sabit dengan area tengah yang gelap dan merupakan bayangan dari lubang hitam itu. Lubang hitam yang terletak di pusat galaksi jauh Messier 87 dan berjarak hampir 55 juta tahun cahaya dari Bumi itu memiliki massa 6,5 miliar kali lebih besar dibandingkan Matahari.
Gambar lubang hitam itu didasarkan pada observasi melalui Event Horizon Telescope (EHT), sebuah jaringan teleskop virtual seukuran bumi yang menghubungkan delapan teleskop radio berbasis darat di seluruh dunia.
Dengan bentuk struktur menyerupai cincin yang terang dengan area tengah yang gelap, lubang hitam itu tampak seperti donat. Kini, ketika diamati menggunakan alat polarisasi cahaya, lubang hitam itu lebih terlihat seperti pusaran api.
Selama dua tahun terakhir, para peneliti yang terlibat dalam kolaborasi EHT telah menggali lebih dalam data-data yang dikumpulkan dari observasi tersebut, dan mereka menemukan sebagian besar cahaya di sekitar lubang hitam itu terpolarisasi.
Seperti kacamata dengan lensa polarisasi yang dapat mengurangi silau dan membantu kita melihat dengan lebih baik, polarisasi memungkinkan para astronom untuk mendapatkan pandangan yang lebih tajam terhadap lubang hitam itu dan memetakan garis medan magnet yang berada di dekat tepi dalamnya.
Kolaborasi itu melibatkan lebih dari 300 peneliti dari seluruh dunia, termasuk delapan di antaranya berasal dari Observatorium Astronomi Shanghai.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Shanghai, China. (XHTV)