[wonderplugin_video iframe=”https://www.youtube.com/watch?v=7niDPqTgtKY” lightbox=0 lightboxsize=1 lightboxwidth=960 lightboxheight=540 autoopen=0 autoopendelay=0 autoclose=0 lightboxtitle=”” lightboxgroup=”” lightboxshownavigation=0 showimage=”” lightboxoptions=”” videowidth=600 videoheight=400 keepaspectratio=1 autoplay=0 loop=0 videocss=”position:relative;display:block;background-color:#000;overflow:hidden;max-width:100%;margin:0 auto;” playbutton=”https://www.wartabuana.com/wp-content/plugins/wonderplugin-video-embed/engine/playvideo-64-64-0.png”]
WELLINGTON – Suasana di Cuba Street Precinct di Wellington, ibu kota Selandia Baru, menjadi meriah selama akhir pekan saat penyelenggaraan CubaDupa, festival seni dan musik luar ruangan terbesar di Selandia Baru.
Pada 2019, acara itu terpaksa dialihkan ke versi yang tidak diadakan di jalanan (off-street) akibat tragedi Masjid Christchurch, dan pada 2020, festival itu tidak dapat diselenggarakan akibat penerapan pembatasan karantina wilayah (lockdown) COVID-19.
Namun, CubaDupa 2021 kembali digelar dengan program paling ambisius yang pernah dijalankannya. Keberagaman budaya di Wellington dirayakan dengan 500 pertunjukan oleh lebih dari 1.750 seniman, di 46 panggung dan zona kreatif, 20 parade, lebih dari 120 penjual makanan, dan hiburan pilihan selama 19 jam lebih. Rekor jumlah pengunjung, yakni lebih dari 100.000 orang, diperkirakan akan tercatat selama akhir pekan.
Direktur Festival CubaDupa Gerry Paul menyebut acara itu sebagai “festival paling beragam dan kreatif di Selandia Baru.”
“Jalanan menjadi meriah dan hidup dengan warna-warni, musik, dan berbagai aroma yang menggoda dari pesta jalanan tersebut. Gelaran CubaDupa kali ini menjadi yang tersibuk, dan atmosfernya pun sangat mengasyikkan. Seniman, penonton, pemasok, pedagang, semua orang tersenyum gembira, menari, dan berpawai di jalanan,” tuturnya.
Pusat Kebudayaan China di Wellington memulai debutnya di festival itu dengan menampilkan tari barongsai dan musik tradisional China.
Lagu rakyat Maori yang terkenal bertajuk “Pokarekare Ana” dimainkan menggunakan seruling tradisional China, sementara seniman Erhu muda Zoe Li memukau masyarakat Wellington dengan memainkan lagu China populer berjudul “Myth”.
“Melalui seni, kami ingin mengungkap cerita di balik Cuba Street dan keberagaman masyarakat kami di Selandia Baru, itu adalah bagian besar dari semangat Cuba Street,” tutur Mark Amery, kurator seni publik CubaDupa.
Di saat seluruh jalanan itu menjadi lokasi pesta besar, sejumlah restoran, kafe, dan rumah makan favorit di Cuba Street juga turut memenuhi jalanan dan menyajikan kudapan maupun hidangan guna menyemarakkan kegembiraan festival tersebut.
“Cuba Street menjadi rumah bagi sederet ruang dan cerita kreatif yang luar biasa. Ketika kita menghargai latar belakang dan sejarah kita yang berbeda-beda, kita membangun budaya kontemporer yang jauh lebih kaya dan terbuka. Itu adalah bagian dari peran khusus CubaDupa,” imbuh Amery.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Wellington. (XHTV)