WARTABUANA – Juara lari 100 meter Kejuaraan Dunia Atletik U-20 2018 di Tampere, Finlandia, Rabu (11/7/2018) Lalu Muhammad Zohri ternyata juga suka sepakbola. Namun kini dia hanya ingin fokus berlari.
Saat memperoleh gelar bergengsi itu Zohri bersaing dengan tujuh sprinter lain, yakni Daisuke Miyamoto (Jepang), Michael Stephens (Jamaika), Henrik Larsson (Swedia), Thembo Monareng (Afrika Selatan), Dominic Ashwell (Inggris), Anthony Schwarts dan Eric Harrison–yang keduanya berasal dari Amerika Serikat.
Seluruh sprinter tersebut berhasil finis dengan catatan waktu 10 detik menempuh jarak 100 meter. Namun, Zohri didaulat sebagai juara karena memiliki catatan yang lebih baik ketimbang pesaingnya.
Zohri finish dengan catatan waktu 10,18 detik. Atlet asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, itu lebih cepat 0,04 detik dari Anthony Schwarts dan Eric Harrison yang menghuni peringkat kedua dan ketiga. Menurut Zohri, tekad dan semangat yang kuat membuat dirinya bisa menjadi pelari tercepat dalam ajang tersebut.
“Sebenarnya saya tidak menyangka bisa menjadi juara dunia. Soalnya, ketika babak semifinal saya catatan waktunya itu terbaik keempat,” ungkapnya.
Setelah menjadi orang terkenal, Zohri tidak merasa semuanya menjadi bebas, justru ketenaran itu menjadi motivasi untuk capaian prestasi di ajang lain yang lebih besar. “Ini malah menjadi motivasi untuk saya dan atlet-atlet lain,” ujarnya.
Prestasinya itu menyedot perhatian Presiden Jokowi yang kemudian mengundangnya ke Istana Bogor. “Saya bangga sekali bisa diundang Presiden, seorang pemimpin negara. Saya diajak berkeliling-keliling dan diberikan motivasi,” kenang Zohri.
Zohri mengakui jika dirinya tidak memiliki target emas di Asian Games mendatang mengingat dirinya yang masih muda dan akan berhadapan dengan pelari-pelari senior yang lebih berpengalaman. “Kalau dari pelatih saya sendiri, sebenarnya tidak ada target di Asian Games. Mungkin targetnya di kejuaraan lain, soalnya saya masih muda. Semoga saya bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia,” ujarnya.
Zohri tidak menampik jika dirinya pernah berkeinginan menjadi pemain sepakbola. Bahkan dia sempat bolos latihan lari hanya untuk bermain sepakbola.
“Dulu memang sebenarnya saya sempat bolos karena saya lebih mementingkan sepak bola ketimbang atletik. Saya memilih atletik karena termotivasi dengan senior saya, Sudirman Hadi. Saya sudah tidak mau jadi pemain sepak bola. Sebab, di kampung saya, sepak bola tidak pernah berkembang sama sekali. Di sana mungkin tidak ada pengurus dan pelatih-pelatihnya,” ungkap Zohri yang ingin melanjutkan pendidikan di bangku kuliah. []