Presiden Komite Olimpiade Internasional (International Olympic Committee/IOC) Thomas Bach (kedua dari kiri) dan Presiden World Athletics Sebastian Coe (pertama dari kanan) menghadiri upacara penyerahan medali cabang olahraga atletik nomor maraton putri dalam upacara penutupan Olimpiade Paris pada 11 Agustus 2024. (Xinhua/Li Ming)
Presiden Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach memuji Olimpiade Paris 2024 sebagai ajang yang “sensasional”, seraya menyoroti keberhasilan Olimpiade yang berpusat pada atlet dalam hal inklusivitas, keberlanjutan, dan inovasi.
PARIS, 12 Agustus (Xinhua) — Menjelang berakhirnya Olimpiade Paris 2024, Presiden Komite Olimpiade Internasional (International Olympic Committee/IOC) Thomas Bach mengungkapkan rasa puasnya yang sangat besar terhadap ajang tersebut, memujinya sebagai pesta olahraga yang “sensasional” dan bersejarah.
Berkaca pada Olimpiade tersebut, Bach menekankan bagaimana acara itu memenuhi dan bahkan melampaui Agenda Olimpiade IOC yang ambisius, yang mencita-citakan Olimpiade yang berpusat pada atlet, inklusivitas, keberlanjutan, dan inovasi.
“Ini adalah Olimpiade yang luar biasa. Saya bisa mengatakannya sebagai Olimpiade yang sensasional,” ujar Bach, seraya menuturkan bahwa Olimpiade Paris berhasil mewujudkan visi IOC dengan menyediakan sebuah platform yang “lebih inklusif, lebih berkelanjutan, lebih urban, lebih muda, dan dengan kesetaraan gender penuh.”
(Dari kiri ke kanan) Mijain Lopez Nunez dari Kuba, Eliud Kipchoge dari Kenya, Djankeu Ngamba dari Tim Olimpiade Pengungsi, Presiden IOC Thomas Bach, Presiden Olimpiade Paris 2024 Tony Estanguet, Sun Yingsha dari China, Emma McKeon dari Australia, dan Teddy Riner dari Prancis berpose untuk berfoto bersama dalam upacara penutupan Olimpiade Paris 2024 di Stade de France di Paris, Prancis, pada 11 Agustus 2024. (Xinhua/Wang Peng)
Bach memuji integrasi budaya, inovasi, dan kreativitas Prancis, yang menurutnya telah menginspirasi orang-orang di seluruh Prancis maupun dunia. Dia menyoroti bagaimana elemen-elemen ini “mewujudkan Agenda Olimpiade menjadi nyata,” melampaui ekspektasinya yang sebelumnya sudah tinggi.
Olimpiade Paris juga menandai debut beberapa cabang olahraga (cabor) baru, termasuk breakdancing dan kiteboarding,yang menurut Bach telah menambah daya tarik Olimpiade secara signifikan, khususnya di kalangan penonton yang lebih muda.
“Olahraga-olahraga baru ini tidak hanya menarik bagi generasi muda, tetapi juga bagi semua orang,” kata Bach, seraya mengungkapkan kegembiraan pribadinya atas penambahan beberapa cabor ini, meski dengan nada jenaka mengakui bahwa dirinya bukan lagi bagian dari demografi yang lebih muda tersebut.
Keberhasilan Champions Park di Paris, tempat para atlet dan penggemar berkumpul untuk merayakan kemenangan mereka, juga menjadi sorotan lain bagi Bach.
Bach mengenang kembali saat dirinya masih menjadi atlet dan pulang ke kota kecilnya, sebuah pengalaman yang terasa mirip seperti tampil di Champions Park. Bach juga berharap pihak penyelenggara Olimpiade berikutnya, khususnya penyelenggara Olimpiade Los Angeles 2028 dan Brisbane 2032, akan mempertimbangkan untuk mengadopsi inisiatif ini.
Atlet Kanada Skylar Park (kiri), peraih medali perunggu cabang olahraga taekwondo kelas 57 kg putri, dan atlet China Liang Yushuai, peraih medali perunggu taekwondo kelas 68 kg putra, merayakan kemenangan mereka di Champions Park untuk Olimpiade Paris 2024 di Paris, Prancis, pada 9 Agustus 2024. (Xinhua/Luo Yuan)
Poin utama yang dapat dipetik dari Olimpiade Paris adalah persatuan yang diperlihatkan di kalangan para atlet dari 200 lebih Komite Olimpiade nasional maupun regional, termasuk Tim Pengungsi IOC.
Bach mengungkapkan bahwa para atlet dari negara dan kawasan yang dilanda konflik menunjukkan sportivitas dan persahabatan yang luar biasa di Kampung Olimpiade, berbagi makanan dan merayakan bersama tanpa ada insiden.
“Ini semangat Olimpiade yang terbaik,” kata Bach, memuji para atlet karena menolak tekanan eksternal untuk menunjukkan agresi dan justru memilih untuk hidup secara damai dan saling menghormati.
Olimpiade Paris juga mencatatkan kemenangan bersejarah, seperti Letsile Tebogo dari Botswana yang menjadi orang Afrika pertama yang memenangkan lari nomor 200 meter putra, dan Julien Alfred yang meraih medali Olimpiade pertama untuk Saint Lucia dengan memenangkan lari nomor 100 meter putri.
Bach menekankan pentingnya pencapaian tersebut bagi IOC, yang berkomitmen pada solidaritas global dan mendukung atlet dari negara-negara tertinggal melalui program Solidaritas Olimpiade.
“Kemenangan-kemenangan ini menegaskan kembali bahwa kita berada di jalur yang benar,” tutur Bach, seraya menambahkan bahwa persaingan yang ketat dan peraih medali yang beragam menunjukkan efektivitas program ini dalam meratakan tingkat persaingan.
Atlet lari Letsile Tebogo (tengah) dari Bostwana, Kenneth Bednarek (kiri) dari Amerika Serikat, dan Noah Lyles dari Amerika Serikat berlaga saat pertandingan final lari nomor 200 meter putra dalam Olimpiade Paris 2024 di Paris, Prancis, pada 8 Agustus 2024. (Xinhua/Li Ying)
Saat Paris bersiap menyerahkan obor Olimpiade ke Los Angeles untuk Olimpiade 2028, Bach menyatakan keyakinannya pada keberhasilan Olimpiade edisi berikutnya.
Bach menekankan bahwa setiap Olimpiade harus autentik dan mencerminkan budaya kota tuan rumahnya. “Jika LA mencoba meniru Menara Eiffel, itu akan menjadi bencana,” candanya, seraya mendesak pihak penyelenggara untuk menggelar Olimpiade sesuai dengan identitas budaya unik California sembari merengkuh keberagaman global.
Dalam sebuah pengumuman penting, Bach mengonfirmasi bahwa dia tidak akan mencalonkan diri sebagai Presiden IOC untuk masa jabatan berikutnya, meski ada tekanan dari beberapa anggota agar dirinya melanjutkan kepemimpinan. Bach mengutarakan keyakinannya pada tata kelola yang baik dan perlunya kepemimpinan baru untuk menavigasi berbagai tantangan di depan, khususnya di arena digital. “Zaman baru membutuhkan pemimpin baru,” ungkapnya. [Xinhua]