PRANCIS, WB – Kiper Manuel Neuer, patut bangga ketika dirinya menjadi pahlawan Jerman, dalam kemenangan atas Italia lewat adu penalti pada perempatfinal Piala Eropa 2016, yang dihelat Minggu (3/7/2016).
Setelah sebelumnya kedua tim bermain imbang 1-1 dalam 90 menit waktu normal dan tidak ada gol hingga 30 menit babak tambahan berakhir.
Pertandingan pun harus ditentukan lewat adu penalti yang menegangkan. Tiga kali Italia gagal melakukan penalti, dengan dua di antaranya adalah berkat penyelamatan Neuer, yang dinobatkan sebagai pemain terbaik dalam pertandingan.
“Sesuatu yang spesial untuk menghadapi begitu banyak penendang penalti. Kami tidak bisa mengalahkan Italia dalam 90 menit. Kami tidak mengalahkan Italia dalam 120 menit. Maka, adu penalti ini menentukan duel antara Italia dan Jerman,” ujar Neuer, seperti dikutip dari situs UEFA.
Nuer mengakui, adu penalti bukan hal mudah. Dia mengaku sudah melakukan persiapan untuk adu penalti, tapi para eksekutor Italia melakukannya berbeda dari cara yang biasa mereka lakukan.
Satu kelebihan Jerman adalah dalam penggunaan analisis statistik sabermatric, yang membantu mereka mengenali kebiasaan lawan-lawan. Kesuksesan Jerman membantai Brasil 7-1 di Piala Dunia 2014, adalah salah satu contoh kesuksesan dari penerapan analisis statistik mereka.
Kiper Bayern Munchen itu juga dipastikan telah mempelajari data statistik pemain-pemain Italia, kebiasaan mereka dalam melakukan eksekusi penalti. Seperti tendangan akan ke kiri, jika pemain lawan membuat gerakan kepala. Atau ke kanan jika pemain itu berlari dari jauh sebelum menendang.
“Mereka seperti mendapat instruksi dari Conte, untuk melakukannya dengan cara yang berbeda dari kebiasaan,” ujarnya.
Jumlah tendangan penalti yang terjadi dalam laga Italia vs Jerman, kini menyamai rekor adu penalti pada Piala Eropa 1980, ketika Italia kalah dari Cekoslowakia (sebelum pisah menjadi Republik Ceko dan Slowakia).
Saat itu bahkan jauh lebih menegangkan, di mana Italia hanya kalah karena kegagalan penendang terakhir.[]