WARTABUANA – Sebanyak 130 orang tewas dan 20 lainnya dalam kondisi kritis akibat insiden bentrok antar penonton dengan polisi ketika Arema FC kalah dari Persebaya Surabaya 2-3 dalam laga ‘Derby Jawa Timur’ di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022).
Atas kekalahan ti kesayangannya, suporter tuan rumah tak terima dan langsung mengamuk selepas laga. Di situlah tragedi dimulai. Pihak suporter dan kepolisian bentrok, sampai-sampai gas air mata dilepas ke arah tribun penonton.
Duel Arema FC vs Persebaya berlangsung ketat. Lima gol tercipta dalam laga ini. Tim tamu Persebaya unggul dua gol lebih dulu melalui aksi Silvio Junior (8′) dan Leo Lelis (32′). Arema FC kemudian berhasil kedudukan lewat brace Abel Camara pada pengujung babak pertama (42′, 45+1′ -pen).
Hasil pertandingan tersebut ternyata tidak bisa diterima pendukung Arema FC. Mereka kecewa dan langsung berhamburan masuk ke lapangan dengan meloncati pagar, membuat situasi tak terkendali. Aparat pengamanan kewalahan menghalau kericuhan tersebut.
Situasi makin tak terkendali ketika pihak keamanan menembakkan gas air mata ke arah tribune penonton.
Menurut keterangan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta, diantgara korban tewas itu, termasuk dua anggota Polri. “Dalam kejadian tersebut, dua di antaranya anggota Polri,” ungkap Nico dalam jumpa pers di Malang, Minggu (2/10/2022).
Niro merinci, dari jumlah korban tewas, 34 di antaranya meninggal dunia di stadion, sisanya di rumah sakit. Selain itu, polisi mencatat, ada sekitar 180 orang yang tengah dirawat di sejumlah rumah sakit.
Dugaan sementara, para korban terinjak-injak suporter lain, serta sesak nafas akibat semprotan gas air mata jajaran keamanan.
Peristiwa nahas itu menjadi tTragedi stadion terbesar kedua sepanjang sejarah. Jika menilik data dari Football Stadiums, insiden di Kanjuruhan merupakan tragedi stadion sepak bola terbesar kedua dalam sejarah jika melihat jumlah korban meninggal.
Peristiwa memilukan dalam sejarah sepak bola pernah terjadi pada 24 Mei 1964 di Estadio Nacional, Lima, Peru yang mengakibatkan 328 orang tewas. Saat itu, Peru bertanding melawan Argentina dalam kualifikasi Olimpiade. Peru tertinggal 0-1 dan berhasil menyamakan kedudukan pada menit-menit akhir. Namun, gol penyama kedudukan Peru dianulir oleh wasit. Hal itu kemudian menimbulkan kerusuhan.[]