LONDON – Angka harapan hidup di kalangan warga London mengalami penurunan tajam akibat COVID-19, dengan rata-rata angka harapan hidup untuk pria dan wanita masing-masing menyusut 2,5 tahun dan 1,6 tahun. Penurunan ini merupakan yang terburuk sejak Perang Dunia II.
Sejumlah pakar dari lembaga eksekutif Public Health England (PHE) menyebut data terkait penurunan itu “mengejutkan,” lansir Evening Standard. Surat kabar yang berbasis di London itu menambahkan bahwa angka harapan hidup warga miskin berjenis kelamin pria di London mengalami penurunan terbesar, kehilangan rata-rata 3,3 tahun.
Data tersebut berasal dari alat pemantau milik PHE, Wider Impacts of COVID-19 on Health (WICH), yang menjabarkan efek tidak langsung pandemi terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Analisis yang dilakukan oleh King’s Fund menemukan penurunan terbesar dalam angka harapan hidup di London, dari 81,3 tahun menjadi 78,8 tahun bagi pria, dan dari 85 tahun menjadi 83,4 tahun untuk wanita. Wadah pemikir bidang kesehatan itu mengatakan penurunan tersebut adalah yang terburuk sejak Perang Dunia II, menurut Evening Standard.
Angka harapan hidup di kalangan pria terkaya di London turun dari 84,5 tahun menjadi 83 tahun (berkurang 1,5 tahun), sementara golongan pria termiskin mengalami penurunan dari 77,9 tahun menjadi 74,6 tahun (berkurang 3,3 tahun), sebut surat kabar itu.
Sebelumnya, pria London memiliki angka harapan hidup tertinggi di county tersebut. Kini, angka harapan hidup mereka terjun bebas dan menempati peringkat bawah wilayah Inggris Barat Daya, Inggris Tenggara, serta Inggris Timur, dan setara dengan Midlands.
Di seluruh Inggris, angka harapan hidup pria menyusut dari 80 tahun menjadi 78,7 tahun (berkurang 1,3 tahun), dan dari 83,6 tahun menjadi 82,7 tahun (berkurang 0,9 tahun) untuk wanita, papar surat kabar itu.
Pandemi COVID-19 membawa dampak serius terhadap perekonomian dan kehidupan masyarakat di Inggris, yang sedang menjalani karantina wilayah (lockdown) ketiga sejak wabah itu merebak di negara Eropa tersebut.
Untuk mengembalikan kehidupan normal, sejumlah negara seperti Inggris, China, Jerman, Rusia, dan Amerika Serikat berpacu dengan waktu untuk mengembangkan vaksin virus corona. [Xinhua]