BEIJING, 8 April (Xinhua) — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Senin (7/4) melontarkan ancaman baru terhadap China, menuntut China untuk membatalkan tindakan balasannya atau akan menghadapi babak baru kenaikan tarif dari AS.
Pemerasan yang dilakukan secara terang-terangan ini tidak diragukan lagi menyoroti perilaku hegemoni Washington. Hal yang benar-benar tidak masuk akal adalah logika yang mendasari AS: “Saya boleh memukul Anda sesuka hati, tetapi Anda tidak boleh melawan. Sebaliknya, Anda harus pasrah tanpa syarat.”
Itu bukanlah diplomasi, melainkan paksaan blak-blakan dengan kedok kebijakan. Sikap Washington mencerminkan bentuk penindasan ekonomi berbahaya yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kesetaraan kedaulatan dan sikap saling menghormati.
China telah menegaskan posisinya: “Kami tidak memprovokasi masalah, dan kami juga tidak terintimidasi olehnya. Menekan dan mengancam bukanlah cara yang tepat dalam berurusan dengan China.”
Ancaman AS untuk meningkatkan tarif terhadap China merupakan kesalahan besar di atas kesalahan yang sudah ada. China dengan tegas menentang langkah ini. Jika Washington bertekad untuk menempuh jalan yang salah ini, China tidak akan ragu untuk membalasnya.
Memuaskan para perundung memang hanya akan mendorong agresi lebih lanjut. Lihat saja bagaimana Trump menanggapi permintaan Uni Eropa untuk melakukan pembicaraan guna menurunkan tarif: dia menolak untuk mengadakan pembicaraan mengenai perubahan tarif “kecuali mereka membayar kami (AS) banyak uang setiap tahunnya, tidak hanya untuk saat ini, tetapi juga untuk masa lalu.”
Sederhananya, perang dagang pemerintahan Trump, yang diluncurkan dengan kedok “keadilan” dan “timbal balik”, pada dasarnya adalah permainan menang-kalah (zero-sum) yang didorong oleh hasrat untuk mewujudkan “America First” dan “American exceptionalism”.
Para pembuat kebijakan di Washington harus menyadari bahwa mengerahkan tekanan maksimal terhadap China hanya akan sia-sia. China akan tetap teguh dalam mengambil langkah tegas guna menjaga kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunannya. Satu-satunya jalan yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan perbedaan adalah melalui dialog yang setara dan dilandasi sikap saling menghormati. Selesai