WARTABUANA – Kebijakan soal larangan melintasnya kendaraan roda dua, dalam hal ini sepeda motor oleh Pemda DKI Jakarta yang akan berlaku pada 17 Desember nanti, di sepanjang wilayah MH. Thamrin hingga jalan Merdeka, berimbas pada nasib para tukang ojek yang memang sudah mangkal di sana sejak lama.
Salah satunya adalah Agus (34), mengaku kecewa dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Pasalnya, kebijakan tersebut semakin memberatkan pemasukannya.
“Ya dibilang kecewa ya pasti kecewa. Kita ini kan orang kecil. Masa ngojek aja dipersulit,” kata Agus kepada Wartabuana.com, Sabtu (13/12/2014).
Agus yang ditemui ditempat mangkalnya disekita Bundaran HI ini semakin was-was. Sebab, bukan setahun dua tahun dia mengais rejeki dengan mengojek. “Saya disini hampir 11 tahun ngojek. Kalau begini pemasukan saya dari mana?” tutur Agus kecewa.
Pria yang tinggal di daerah Tanah Abang itu berharap kepada Pemda DKI agar mencari solusi, khususnya kebijakan nasib para tukang ojek. Dia menilai, kebijakan larangan sepeda motor, bukan satu-satunya cara mengurangi kemacetan di Ibukota.
“Supaya ada solusinya. Kita ini kan rakyat kecil. Sudah telantar, masak iya makin terlantar. Apalagi harga bbm kan sudah naik,” harapnya.
Senada dengan Agus, Oking (41) yang merupakan tukang ojek yang mangkal di pertigaan Setiabudi ini mengaku kecewa juga dengan kebijakan Ahok ini. Menurutnya, Ahok harus melihat nasib wong cilik seperti para tukang ojek tersebut. “Mau bagaimana lagi kalau sudah begini. Terpaksa cari lapak (pangkalan) baru,” kata bapak 2 anak itu.
Oking yang seharinya bisa menghasilkan Rp 100 ribu, kini mungkin penghasilannya akan turun drastis seiring dengan kebijakan tersebut. “Ya pasti pendapatan kita bakal turun. Apalagi uang hasil ojek juga buat biaya anak sekolah.[]