JAKARTA, WB – Kekhawatiran sejumlah kalangan terkait pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar ke – 9 yang di helat di Nusa Dua Bali, tidak berlangsung fair dan demokratis.
Pasalnya dalam munas yang dihelat 30 November sampai 3 Desember 2014 itu, terlihat kalau para pendukung Aburizal Bakrie (ARB) telah melakukan berbagai cara untuk memenangkan ARB menjadi ketua umum (ketum) Golkar periode 2014-2019. Itu artinya ada upaya penjegalan terhadap calon lain. Lantaran kuat tudingan tersebut, Airlangga pun memilih untuk mengundurkan diri dari pencalonan sebagai Caketum, Senin malam (1/12/2014).
“Munas Golkar kali ini keterlaluan, penuh dengan manipulasi untuk memenangkan ARB. Munas ini juga tidak fair dan demokratis,“ kata Ketua DPP Golkar, Melchias Marcus Mekeng melalui siaran persnya, Selasa (2/12/2014).
Kegusaran Mekeng itu didasari adanya kelompok yang tidak mendukung ARB sebagai calon ketum Golkar periode mendatang diakali oleh panitia penyelenggara Munas. Mereka tidak memperoleh materi Munas seperti jadwal acara, tata tertib, draf sidang komisi hingga pembukaan yang dibuka sejak Minggu, (30/11).
Akibatnya, sebagian peserta kebingungan dan sulit merumuskan langkah-langkah dalam dinamika Munas. Sementara pihak yang mendukung ARB sudah mendapatkannya. Adanya tindakan itu dinilai ada upaya untuk menjegal pencalonan kandidat lain
Penjegalan lainnya dilakukan dengan cara membuat pemilihan ketum tidak melalui mekanisme pemungutan suara (vooting), melainkan klaim sepihak bahwa ARB dipilih secara aklamasi melalui surat dukungan dari pemilik suara.
Dalam AD/ART Golkar, syarat untuk mencalonkan diri menjadi ketum partai adalah memperoleh surat dukungan minimal 30 persen (169) dari pemilik suara. Setelah itu dilakukan pemilihan tertutup, bukan terbuka, untuk memperebutkan 563 suara.
“Tetapi para pendukung ARB melanggar AD/ART dengan memperlakukan surat dukungan sebagai surat suara. Jadi, ARB yang diperkirakan akan mendapat surat dukungan lebih 50 persen plus 1 (283) akan ditetapkan sebagai ketum baru secara aklamasi, tanpa melalui pemilihan tertutup,” ujarnya.
“Kami khawatir berbagai manipulasi ini akan memperbesar pertikaian yang kini terjadi pada Golkar, yang akhirnya membuat Golkar terpuruk makin dalam,” tandas Mekkeng.[]