JAKARTA, WB- Mantan Pengurus Pusat Muhammadiyah Syafii Ma`arif, membenarkan dirinya pernah diminta menjadi penasihat tim transisi Jokowi – JK. Namun, setalah itu ia tidak pernah lagi diundang lagi membahas konsep pemerintahan yang baru alias `dicuekin`.
“Saya hanya mengidentifikasi janji-janji pemilihan presiden dan prioritas jangka pendeknya,” ujar Buya sapaan akrabnya usai melakukan diskusi dengan KPK terkait media dan tantangan pemberantasan korupsi, di Jakarta, Kamis, (28/8/2014).
Oleh karenany, Buya mengaku tidak tahu siapa orang-orang yang nantinya bakal ditunjuk oleh Jokowi untuk diangkat menjadi menteri. Dia juga tidak tahu apakah struktur kabinet pemerintahan Jokowi nanti lebih ramping atau lebih gemuk.
Namun, ia punya pendapat agar sejumlah kemeterian nantinya ada yang dirampingkan, seperti Kementerian Olahraga lebih baik, kata Buya, mempunyai satu Direktorat Jenderal saja agar lebih fokus mengurusi prestasi atlet.
“Perpajakan juga bisa berubah. Tapi, tidak ada perubahan yang radikal karena susah sekali perubahan hingga lapisan bawah,” ujar Buya.
Diketahui Jokowi telah menunjuk Kepala Badan Intelijen Negara A. M. Hendropriyono untuk menjadi penasihat tim transisi. Namun, kalangan aktivis banyak yang menentang keberadaan Hendro di tim transisi. Pasalnya, ia diduga terlibat dalam aksi pembunuhan aktivis HAM Munir, dan kerusuhan Talang Sari.
Adapun nama yang terlibat dalam Tim Transisi, antara lain, Rini Soemarno selaku Ketua, Andi Widjajanto sebagai Wakil Ketua, Hasto Kristiyanto selaku Sekretaris, Akbar Faizal dan Anies Baswedan sebagai Deputi.[]