JAKARTA, WB – Komisoner Kompolnas Adrianus Meliala yang dijadikan tersangka dalam kasus fitnah terhadap Polri, dinilai oleh ketua presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, sebuah tindakan otoriter dan mengindikasikan kalau Polri tidak bisa lagi dikritik.
“Elit-elit Polri makin arogan. Untuk itu Menko Polhukam sebagai Ketua Kompolnas harus segera turun tangan untuk mengatasi masalah ini,” ujar Neta dalam pesan singkatnya, Kamis (28/8/2014).
Adanya kasus tersebut diakui Neta sangat disayangkan. Sebab hal tersebut hanya memperlihatkan sikap Polri yang tidak menghargai lagi keberadaan Kompolnas sebagai lembaga negara yang bertugas mengawasi kepolisian.
“Laporan itu menunjukkan bahwa elit Polri juga tidak lagi peduli bahwa Adrianus pernah menjadi staf ahli Kapolri untuk tiga Kapolri. Seharusnya, elit Polri introspeksi dengan adanya kritikan Adrianus yang memang punya kapasitas untuk itu,” ujarnya.
Lebih jauh Neta menjelaskan, jika elit Polri mau bersikap jujur, maka sangat banyak kasus dugaan suap dan korupsi yang melibatkan internal kepolisian. Bahkan Neta menilai banyak anggota Polri level bawah hingga jenderal diduga terlibat suap dan korupsi, tapi kasusnya cenderung ditutupi, dan tidak diproses.
“Mulai dari kasus pungli di Comal yang melibatkan 10 polisi, kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT) di Ditlantas Polda Metro Jaya dan Polda Jatim, kasus rekening gendut jenderal, kasus korupsi TNKB yang mandeg di Bareskrim. Kenapa Polri tutup mata dan tidak menyeret para pelakunya ke pengadilan tipikor, tidak dijadikan tersangka, dan tidak dikenakan UU TPPU?” tanya Neta. []