“Sejarah menunjukkan bahwa tarif unilateral sering kali memicu tindakan pembalasan, mengganggu rantai pasokan, dan merusak stabilitas ekonomi,” kata Fabrizio Hochschild, mantan wakil sekretaris jenderal PBB.
Oleh Penulis Xinhua Yin Xiaosheng
SARAJEVO, 5 Januari (Xinhua) — Putaran baru kebijakan proteksionis Amerika Serikat (AS) berpotensi berdampak negatif terhadap perdagangan global, mengganggu rantai pasokan, dan pada akhirnya membebani konsumen di AS, demikian disampaikan seorang mantan pejabat senior Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Para ekonom sebagian besar setuju bahwa tarif menyebabkan kenaikan harga dan mengurangi persaingan, yang menghambat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB),” ujar Fabrizio Hochschild, mantan wakil sekretaris jenderal PBB, kepada Xinhua dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
Pada November, presiden terpilih AS Donald Trump memaparkan sejumlah rencana untuk mengenakan tarif sebesar 25 persen atas impor dari Meksiko dan Kanada, dan tambahan 10 persen atas barang-barang yang berasal dari China.
Berkaca pada masa jabatan pertama Trump, Hochschild mengatakan bahwa tarif sering kali membebani konsumen dengan biaya yang lebih tinggi alih-alih meningkatkan perekonomian.
“Banyak komponen mobil AS yang diproduksi di luar negeri. Pengenaan tarif akan meningkatkan biaya produksi, yang akan menyebabkan harga mobil menjadi lebih tinggi bagi konsumen,” katanya, mengutip industri otomotif sebagai contoh.
Hochschild mengungkapkan kekhawatirannya mengenai risiko terpecahnya ekonomi global menjadi blok-blok perdagangan yang saling bersaing. “Dana Moneter Internasional (IMF) telah menegaskan bahwa perpecahan semacam itu akan memperlambat pertumbuhan global,” katanya. “Pasar bebas telah menjadi pendorong utama kemakmuran ekonomi selama beberapa dekade terakhir,” imbuhnya lebih lanjut.
“Sejarah menunjukkan bahwa tarif unilateral sering kali memicu tindakan pembalasan, mengganggu rantai pasokan dan merusak stabilitas ekonomi,” ujar Hochschild, seraya menekankan bahwa perselisihan perdagangan harus diselesaikan melalui mekanisme multilateral seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
“Jika WTO dikesampingkan, siklus tarif dan tarif balasan dapat merugikan semua pihak yang terlibat,” ungkapnya memperingatkan.
“Tantangan utamanya adalah ancaman ekonomi global yang terfragmentasi. Hal itu akan meningkatkan ketegangan global,” tutur Hochschild.
Di tengah berbagai tantangan global yang mendesak seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan, dan regulasi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), Hochschild menekankan bahwa “dunia menghadapi tantangan yang jauh lebih besar yang membutuhkan kerja sama internasional, dan konflik perdagangan menambah ketidakpastian serta mengalihkan perhatian dari prioritas-prioritas ini.”
Ke depannya, Hochschild tetap berharap bahwa negara-negara besar seperti China dan AS dapat menyelesaikan perselisihan perdagangan mereka melalui negosiasi.
“Penyelesaian perselisihan-perselisihan ini akan memungkinkan negara-negara untuk fokus pada isu-isu yang paling mendesak seperti meningkatnya konflik global, perubahan iklim, dan tantangan kesehatan global,” imbuh Hochschild. Selesai