Presiden China Xi Jinping berpidato dalam upacara pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok 20 (Group of 20/G20) di Hangzhou, ibu kota Provinsi Zhejiang, China timur, pada 4 September 2016. (Xinhua/Li Tao)
BEIJING, 18 November (Xinhua) — Sebagai perpaduan representatif dari perekonomian-perekonomian utama dunia, Kelompok 20 (Group of 20/G20) telah menjadi forum penting yang disorot dunia pada saat terjadi gejolak dan krisis ekonomi global.
Dengan pemahaman menyeluruh terkait peran unik G20, Presiden China Xi Jinping secara konsisten mendukung upaya bersama G20 untuk menganut semangat berlayar di perahu yang sama dan bergandengan tangan untuk menunaikan tugas masing-masing.
“Semua negara anggota G20 harus memikul tanggung jawab yang melekat sebagai aktor internasional dan regional utama, dan wajib memimpin dengan memberikan contoh dalam mendorong pembangunan semua negara, meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia, serta mendorong kemajuan di seluruh dunia,” ujar Xi pada suatu kesempatan.
Kini, saat Xi bergabung dengan para pemimpin lainnya untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 ke-19 di Brasil, komunitas internasional sangat tertarik untuk mengamati bagaimana mereka akan mengatasi ketidakpastian besar yang meresahkan dunia saat ini, terutama solusi-solusi apa yang akan diusulkan oleh China dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi semua pihak.
Saat para pemimpin G20 berkumpul untuk menghadiri KTT pertama pada November 2008 di Washington, mereka sedang berjuang mengatasi krisis keuangan global yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan memperjuangkan upaya kolektif, kelompok itu membantu membawa ekonomi global menjauh dari jurang krisis dan menempatkannya ke jalur pemulihan.
Dalam beberapa tahun terakhir, China bergabung dengan negara-negara anggota G20 lainnya dalam menangani krisis besar lain, yakni pandemi global terparah dalam seabad terakhir dan kemerosotan ekonomi yang ditimbulkannya. Kali ini, pertempurannya bahkan lebih berat. Seperti yang diamati Xi, dampaknya bahkan lebih buruk dari badai ekonomi pada 2008.
Presiden China Xi Jinping menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin Kelompok 20 (Group of 20/G20) ke-16 via sambungan video di Beijing, ibu kota China, pada 31 Oktober 2021. (Xinhua/Yue Yuewei)
Untuk meremajakan pemulihan ekonomi global pascapandemi, Xi menyerukan kepada semua negara anggota G20 untuk menjawab tantangan tersebut, meningkatkan koordinasi kebijakan makroekonomi internasional, bersama-sama menstabilkan rantai industri dan pasokan global, serta mengurangi hambatan perdagangan, termasuk tarif.
“Sangat penting bagi kita untuk menerapkan resep yang tepat guna mengatasi gejala dan akar penyebab permasalahan yang kita hadapi,” tutur Xi dalam KTT G20 pada 2021.
Kebijakan multicabang Xi “sistematis, komprehensif, dan terfokus,” kata Lu Feng, profesor emeritus ilmu ekonomi di Universitas Peking. “Hal-hal itu telah memperkaya instrumen kebijakan G20, dan meningkatkan proaktivitas dan pandangannya dalam mengelola ekonomi global.”
Salah satu masalah utama yang dibahas bersama oleh negara-negara anggota G20 adalah beban utang yang menekan sumber daya negara-negara berpendapatan rendah untuk memerangi pandemi dan melindungi kehidupan. Pada April 2020, G20 mengumumkan Inisiatif Penangguhan Layanan Utang (Debt Service Suspension Initiative/DSSI) untuk membantu negara-negara rentan. Kebijakan itu merupakan jaring pengaman keuangan istimewa yang penerapannya diperpanjang hingga Desember 2021.
Di bawah kepemimpinan Xi, China menerapkan DSSI G20 dalam segala hal, dan menangguhkan pembayaran cicilan utang dengan jumlah terbesar di antara semua negara anggota G20.
“China memenuhi perannya dengan baik sebagai pemangku kepentingan G20 yang bertanggung jawab” dalam membantu mengatasi masalah utang luar negeri negara-negara Afrika, ungkap sebuah laporan dari Inisiatif Penelitian China Afrika di Universitas Johns Hopkins, sebuah program yang didedikasikan untuk mengkaji aspek politik dan ekonomi dari hubungan China-Afrika. [Xinhua]